"Kita tidak boleh lupa untuk menghormati lawan kita. Saya yakin mereka melakukan itu karena rasa hormat yang mereka miliki untuk semua orang: pemain, pelatih, wasit, dan staf," ujarnya.
"Saya harap pentingnya perasaan itu akan tersampaikan ke dunia."
Teramoto sendiri adalah pelatih kepala untuk sekolah sepak bola gaya Jepang, MATE FC, di Sydney, yang menurutnya tidak hanya mengajarkan sepak bola tetapi juga rasa hormat dan sopan santun.
“Saya mengajari anak-anak tidak hanya sepak bola, tetapi juga etiket,” katanya.
"Saya bangga dengan suporter Jepang. Saya harap sepak bola akan membawa kedamaian bagi dunia. Terima kasih. Ayo, ayo. Jepang!!"
Sementara itu, dosen studi Jepang di University of Sydney, Dr Masafumi Monden, mengatakan anak-anak Jepang sejak di sekolah dasar sudah diajarkan untuk membersihkan apa yang mereka gunakan.
“Pemahaman saya, kita diajarkan, dari sekolah dasar, untuk menjaga kebersihan apa yang kita gunakan, misalnya ruang kelas,” ujarnya.
"Ada pepatah Jepang 'Tatsu tori ato wo nigosazu,' secara harfiah: burung yang terbang tidak mengeruhkan jejaknya," katanya.
"Ini berarti ketika Anda meninggalkan suatu tempat, jangan biarkan berantakan, tetapi biarkan setidaknya sebersih seperti kondisi saat Anda menemukannya."
"Tentu saja tidak semua orang mengikutinya bahkan di Jepang, ide-ide seperti ini ditanamkan ke dalam pemikiran dan praktik kami, untuk menunjukkan rasa hormat dan menghargai apa yang kami gunakan."
Para suporter Blue Samurai juga terlihat membersihkan sampah setelah pertandingan pembuka Piala Dunia tahun ini antara Qatar dan Ekuador.
Pertandingan Jepang berikutnya adalah melawan Kosta Rika pada Minggu, 27 November.
Baca Juga: Jadwal Piala Dunia 2022 Hari Ini: Belanda vs Ekuador, Wales vs Iran
Sumber : Kompas TV/SBS News
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.