JAKARTA, KOMPAS.TV - Sudah sebulan sejak Tragedi Kanjuruhan berlalu, tak ada satu pun pengurus PSSI menyatakan mundur dari jabatannya sebagai bentuk tanggung jawab moral atas tragedi yang telah menelan 135 nyawa itu.
Desakan mundur kepada para pengurus PSSI muncul tidak hanya datang dari publik, tapi juga hasil investigasi dari TGIPF (Tim Gabungan Independen Pencari Fakta) Tragedi Kanjuruhan bentukan Presiden Jokowi.
Salah satu rekomendasinya adalah, minta semua pengurus PSSI, termasuk Ketua Umum mundur sebagai bentuk tanggung jawab moral. Tragedi Kanjuruhan yang terjadi Sabtu 1 Oktober 2022 lalu itu menyebabkan 135 Jiwa melayang, dan ratusan orang luka-luka.
Ketum PSSI, Mochamad Iriawan atau yang akrab disapa Iwan Bule pun mengaku, ia sengaja tidak mundur dari kursi Ketum PSSI meskipun desakan sudah sangat kuat.
"Kalau saya mundur, ya saya pengecut, saya pecundang. Kalau mundur ya saya tidur saja di rumah, masa saya meninggalkan yang sekarang," papar Iwan Bule saat berkunjung ke Menara Kompas pada Jumat (28/10/2022)
Iwan Bule juga mengklaim bahwa ia tak mundur karena biar tidak menambah beban moril para korban Tragedi Kanjuruhan.
"Jadi ya saya harus menyikapi ini. Dengan task force saya lakukan, kunjungan ke mereka, untuk menambah moril mereka. Oh, ada ketua umumnya dengan saya, begitu," tutur Iwan Bule.
Baca Juga: KLB Dipercepat, PSSI Disebut Berstrategi Lari dari Tanggung Jawab Hukum Tragedi Kanjuruhan
Desakan itu kian kencang lantaran, ketika Presiden FIFA Gianni Infantino datang ke Indonesia tanggal 18 Oktober 2022, mereka justru pada malam harinya bermain bola bersama bertajuk 'Fun Football'
Publik lantas bereaksi keras dan menilai, FIFA-PSSI nirempati lantaran justru bermain bola di saat duka dan air mata Tragedi Kanjuruhan belum kering.
PSSI lantas menjawab cibiran dan hujatan dari publik soal "Fun Football" yang digelar Selasa (18/10/2022) malam dan menyebutkan, bahwa pertandingan itu digelar lantaran permintaan dari Presiden FIFA.
"Hal ini sudah disampaikan ke presiden FIFA, bahwa ada tragedi kanjuruhan, bagaimana dengan fun football yang nanti kita mainkan?" kata Sekjen PSSI, Yunus Nusi kepada KOMPAS.TV lewat rekaman suara, Kamis (20/11/2022).
"Oleh Presiden FIFA dijawab: 'Oh, no, no, apapun bisa terjadi dalam sepak bola, tetapi sepak bola tetap harus jalan," sambungnya.
Adapun, anggota Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Kanjuruhan, Akmal Marhali, sempat mengomentari soal enggannya pengurus PSSI, meskipun ada banyak desakan dan rekomendasi soal mundur dari TGIPF.
Menurut Akmal, rekomendasi TGIPF sudah sangat jelas, pihaknya tidak bisa intervensi PSSI untuk mundur dari jabatan mereka sebagai pemegang mandat Sepak Bola Indonesia.
Tapi, seyogyanya, kata Akmal, para pengurus itu mundur imbas Tragedi Kanjuruhan sebagai bentuk tanggung jawab.
"Kalau saya sih, itu template dari mereka, kalau Ketum dan pengurus PSSI nolak imbuan mundur itu biasa, hal umrah. Itu template, sejatinya di PSSI tidak ada yang mengedepankan moral. Tak ada moral di PSSI," ujarnya dalam sambungan telepon dengan KOMPAS.TV Kamis (20/10/2022) lalu.
Baca Juga: Dari Kaesang Sampai Erick Thohir, Sejumlah Nama Dianggap Cocok Gantikan Iwan Bule Jadi Ketum PSSI
Desakan yang kian menguat ternyata membuat Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) luluh dan resmi memutuskan akan segera melakukan Kongres Luar Biasa (KLB) berdasarkan mekanisme organisasi.
Per Senin (31/10/2022) malam PSSI resmi memberikan laporan kepada FIFA bahwa agenda Kongres Luar Biasa (KLB) untuk memilih ketua umum, wakil ketua umum dan anggota Komite Eksekutif (Exco) akan digelar pada 18 Maret 2023.
Diunggah dalam laman PSSI, Senin (31/10), laporan tersebut dituangkan PSSI dalam surat bernomor 4452/ULN/537/X-2022 yang ditandatangani oleh Sekretaris Jenderal PSSI Yunus Nusi. Surat itu ditujukan kepada Sekretaris Jenderal FIFA Fatma Samoura.
Sebelum itu, Keputusan percepat KLB itu disampaikan langsung oleh Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan atau Iwan Bule usai gelar rapat Exco di kantor PSSI, Jakarta, pada Jumat (28/10/2022).
Dalam kesempatan itu, Iwan Bule juga mengatakan, percepatan KLB itu lantaran juga adanya permintaan dari dua klub, yakni Persis Solo dan Persebaya Surabaya.
"Exco PSSI memutuskan mempercepat KLB pemilihan dengan memperhatikan surat yang dikirim oleh dua anggotanya dikarenakan Exco PSSI tidak ingin terjadi perpecahan di antara para anggotanya," Mochamad Iriawan dalam video di YouTube PSSI, Sabtu (29/10/2022).
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.