JAKARTA, KOMPAS.TV - Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) meminta semua pihak ikut menyorot rawat kontrol korban Tragedi Kanjuruhan, sebagaimana dijelaskan dalam rilis pada Senin (10/10/2022).
Anggota TGIPF Akmal Arhali mengatakan, tak hanya dari sisi fisik korban, melainkan juga termasuk efek trauma dan psikologis. Sebelumnya Akmal telah bertemu dengan sejumlah korban di Malang pada Sabtu (8/10). Dalam kesempatan itu, ia menjenguk sekaligus mendengar kesaksian mereka.
Disebutkan ada korban dengan luka pada bagian mata, dari yang semula berwarna hitam berubah memerah akibat efek gas air mata. Dampak lainnya, rasa sesak di dada juga masih terasa.
Terlepas dari itu, hingga hari ini masih terdapat 11 korban yang dirawat di RSUD Saeful Anwar Malang, sebagaimana dilaporkan Jurnalis KOMPAS TV Kyka Madona dari lokasi.
"Jumlah korban yang masih dirawat ada 11 orang, 6 di antaranya menjalani perawatan intensif di ruang ICU. Sisanya menjalani pemulihan di ruang rawat inap," ujar Kyka, Senin (10/10).
Baca Juga: Mngerikan! TGIPF Beberkan Isi Rekaman CCTV Pintu13 Tragedi Kanjuruhan
Di sisi lain, TGIPF hari ini dijadwalkan melakukan rapat maraton dengan berbagai pihak, guna membahas sejumlah temuan. Jurnalis KOMPAS TV, Elgeen Frydianto, mengabarkan dari Kantor Kemenkopolhukam, Jakarta, Senin (10/10).
"Sejak pagi tadi tim TGIPF bertemu dengan Ketua Harian Kompolnas, disusul rapat bersama Komnas HAM pukul 11.00 WIB," kata Elgeen.
Berikutnya, sekitar pukul 13.30 WIB, tim yang dipimpin oleh Mahfud MD itu dijadwalkan menemui Tim Teknis Kementerian PUPR.
Adapun pada sore hari, pukul 15.00 WIB, skuad berencana rapat bersama Tim Pasca Kejadian Kanjuruhan, terdiri dari Kemenko PMK, Kementerian Sosial dan Kementerian Kesehatan.
Poin-Poin Temuan
TGIPF mengeklaim sudah bertemu dengan sebagian besar pihak yang terlibat dalam pertandingan Arema FC vs Persebaya.
Secara umum, TGIPF membagi anggotanya menjadi tiga tim untuk bekerja simultan, meliputi:
Investigasi dilakukan dengan metode mendatangi, berdialog dan mewawancarai pihak terlibat, guna mendulang barang bukti dan bukti pendukung lainnya.
Adapun bagian-bagian yang diselidiki meliputi tahap perencanaan, persiapan, pelaksanaan, hingga terjadinya kerusuhan selepas laga, serta penanganan ketika kerusuhan berlangsung.
Baca Juga: Media Asing Investigasi Tragedi Kanjuruhan, Mahfud MD: Cocokkan yang Paling Rasional dan Faktual
Sejauh ini beberapa barang bukti penting telah diamankan oleh TGIPF, terdiri dari rekaman CCTV, selongsong gas air mata, dan hasil pemeriksaan stadion, termasuk daerah pintu yang menjadi lokasi korban meninggal terbanyak.
Untuk temuan gas air mata, kini tengah dilakukan analisis terhadap barang bukti tersebut.
Sementara hasil pemeriksaan venue menunjukkan, Stadion Kanjuruhan tak layak dipakai untuk menggelar pertandingan berisiko tinggi.
"Kesimpulannya sementara, bahwa stadion ini tidak layak untuk menggelar pertandingan high risk match. Mungkin kalau itu medium atau low risk masih bisa," ujar Nugroho Setiawan, Anggta TGIPF, Minggu (9/10).
"Kita harus membuat kalkulasi yang sangat konkret, misalnya adalah bagaimana cara mengeluarkan penonton pada saat keadaan darurat," ujarnya.
Baca Juga: Sebelum Kanjuruhan, 78 Suporter Disebut Tewas dalam 12 Tahun Terakhir, Tak Ada yang Tanggung Jawab
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.