MALANG, KOMPAS.TV - Bek asing Arema FC asal Argentina, Sergio Silva, mengisahkan detik-detik horor Tragedi Kanjuruhan pada Sabtu (1/10/2022) malam yang mengakibatkan ratusan orang jadi korban, serta 125 orang meninggal dunia.
Sergio Silva pun masih tergiang jeritan para suporter Arema FC, Aremania, waktu kejadian horor tersebut yang terjadi usai laga Arema FC vs Persebaya usai.
Ia juga cerita, menyaksikan darah yang berceceran, penuh teriakan dan sejumlah korban yang meninggal dunia.
"Semua orang yang tewas dan terluka dievakuasi. Beberapa orang meninggal di dekat pemandian (ruang ganti -red)," Sergio Silva, dikutip dari Tribun Jatim.
"Kami juga tahu kerabat salah satu asisten kami meninggal," sambungnya.
Baca Juga: Cerita Adam Alis Jadi Saksi Aremania Meninggal di Ruang Ganti: Masih Teringat Sampai Sekarang
Menurut Sergio, usai laga, pemain Persebaya masuk terlebih dulu ke ruang ganti.
Sementara, para pemain Arema FC masih bertahan di lapangan usai laga.
Para pemain Arema pun hendak berkeliling stadion untuk meminta maaf dan memberikan penghormatan kepada suporter. Namun, pada momen itu, ada beberapa suporter yang masuk ke lapangan dan suasana menjadi tidak kondusif.
"Kami (berencana) akan berjalan-jalan di sekitar stadion untuk menghormati para suporter. Langkah itu terhenti di tengah lapangan," terang Sergio Silva.
Ia lantas cerita, para suporter Aremania itu tidak ingin menyerang para pemain, tetapi justru memberi dukungan.
"Kami melihat indikasi beberapa suporter (masuk) ke lapangan. Saya pikir banyak yang datang untuk memberi dukungan dan bukan untuk menyerang, Tetapi lebih baik pergi ke ruang ganti," sambungnya.
Menurut Sergio Silva, pemain Arema FC menghabiskan waktu hingga lima jam di ruang ganti sebelum akhirnya bisa meninggalkan stadion.
"Kami menghabiskan empat atau lima jam di ruang ganti, dijaga dengan meja dan kursi yang menahan pintu," jelasnya.
Ia lantas menyebutkan, kengerian yang sering ia lihat biasanya terjadi bukan di dunia sepak bola. Tetapi, ia mengalami peristiwa penuh darah ini justru di ajang sepak bola.
"Saya hanya bisa menyebutkan skenario mengerikan, kehancuran, perang, mobil polisi terbakar, semuanya rusak, koridor penuh dengan darah, sepatu orang-orang. Tidak ada hubungannya dengan sepak bola," jelasnya.
Baca Juga: Mahfud MD Sebut TGIPF Usut Pemberi Komando sampai Jaringan Bisnis Imbas Tragedi Kanjuruhan
Diberitakan sebelumnya, kericuhan terjadi di Stadion Kanjuruhan usai berakhirnya laga Arema FC vs Persebaya Surabaya, Sabtu (1/10).
Akibatnya, lebih dari seratus orang dilaporkan menjadi korban.
Data terbaru insiden ini mengungkapkan sebanyak 125 orang meninggal dunia. Sementara, korban luka berat 21 orang dan luka ringan 304 orang.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.