Ribuan suporter panik, berhamburan, dan berdesak-desak ke pintu keluar stadion.
"Saat itu, memang sudah mulai ramai. Tapi kami hanya duduk dan menunggu di tribun, untuk antre keluar. Tapi tiba-tiba, ada petugas menembakkan gas air mata sebanyak tiga kali," ujarnya dikutip dari TribunJatim.com, Senin (3/10/2022).
"Saat itu saya sempat tertindih dan sudah lemas. Namun, saya disemangati dan dibantu suporter lain," sambungnya.
Meskipun berhasil keluar, Arya dan rombongannya terpisah dengan Fajar.
"Tapi saat itu, kami tidak menemukan almarhum Fajar ini. Saat kami cari, ternyata almarhum sudah tergeletak di depan pintu keluar gate 10. Kemudian, dibawa bawa ke ambulans, namun meninggal saat perjalanan," terangnya.
Tragedi Kanjuruhan ini tidak pernah terbayangkan di benak Arya dan teman-temannya yang selamat. Niat hati ingin mendukung klub kesayangan, tetapi harus pulang tanpa sahabat karib.
Baca Juga: Kisah Dua Jurnalis yang Ikut Bantu Evakuasi Korban Tragedi Kanjuruhan, Begini Ceritanya...
"Kami tidak berharap banyak, kami hanya menyesalkan tindakan aparat. Kenapa menembakkan gas air mata ke tribun. Semoga, almarhum mendapatkan tempat terbaik di sisi Tuhan Yang Maha Esa," pungkasnya.
Sumiati, ibu dari almarhum Fajar tidak memiliki firasat apapun bakal ditinggal selamanya oleh sang anak.
"Biasanya itu bilang, kalau sudah sampai. Tetapi karena HP nya rusak, jadi tidak bisa menghubungi. Dan saya juga tidak ada firasat apapun, sampai kejadian itu terjadi," ujar Sumiati.
Sumber : Tribun Jatim
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.