Kompas TV olahraga kompas sport

Membayangkan La Remontada Indonesia atas Thailand di Leg ke-2 Final Piala AFF 2020

Kompas.tv - 30 Desember 2021, 18:15 WIB
membayangkan-la-remontada-indonesia-atas-thailand-di-leg-ke-2-final-piala-aff-2020
Kapten Timnas Indonesia Asnawi Mangkualam menegaskan perjuangan skuad Garuda belum berakhir meski kalah 0-4 dari Thailand di pertandingan leg pertama final Piala AFF 2020. (Sumber: PSSI)
Penulis : Gilang Romadhan | Editor : Hariyanto Kurniawan

SOLO, KOMPAS.TV - Tim Nasional (Timnas) Indonesia menelan kekalahan 0-4 dari Thailand dalam leg 1 final Piala AFF 2020. Tetapi, apakah bisa skuad Garuda melakukan la remontada pada leg kedua? 

Remontada memang berasal dari bahasa Katalan dan belum ada padanannya dalam Bahasa Indonesia. Tetapi, remontada lebih sering diartikan sebagai aksi comeback atau pembalasan. 

Istilah ini populer di Spanyol ketika kompetisi sepak bola Eropa memperkenalkan format pertandingan dua leg (kandang-tandang). 

Sebuah tim yang kalah pada pertandingan perdana, umumnya dengan skor mencolok, dan kemudian sanggup membalikkan keadaan pada leg kedua, bisa dikatakan melakukan remontada. 

Kisah-kisah remontada sendiri marak dijumpai di sepak bola Eropa. 

Real Madrid, Barcelona, Manchester United, hingga Liverpool adalah klub-klub yang lekat dengan tradisi remontada ini. 

Baca Juga: Timnas Indonesia Belum Menyerah di Piala AFF 2020, Asnawi: It Is Not Over!

Madrid sempat mengukir remontada pada 1976. Saat itu, Los Blancos berhasil menang 5-1 setelah kalah 1-4 dari Derby County. Pun, apa yang dilakukan Man United di final Liga Champions 1999 atau Liverpool pada final Istanbul 2005 adalah menifestasi terbaik untuk istilah ini. 

Lain itu, tentu ada aksi Barcelona melawan Paris Saint-Germain (PSG) di babak 16 besar Liga Champions 2017 silam. 

Pada leg pertama di Paris, Blaugrana arah Luis Enrique luluh lantak dengan skor 0-4. Tetapi, secara luar biasa, sukses menang 6-1 pada leg kedua di Camp Nou. 

Selain pernah menjadi pelaku remontada, Barcelona juga pernah merasakannya sebagai korban, bahkan dua kali.

Pertama, Barcelona sempat menang 4-1 atas AS Roma di Camp Nou dalam laga perempat final Liga Champions 2017/18. Tetapi, saat bertandang ke Olimpico, Blaugrana malah kalah 0-3. 

Kedua, atau yang paling anyar dan diingat publik tentu malapetaka di Anfield. Barcelona melawat ke kandang Liverpool dalam laga semifinal leg kedua Liga Champions 2018/19 dengan keunggulan skor argegat 3-0. 

Kendati demikian, Lionel Messi dan kolega harus mengakui kemenangan ajaib 0-4 Liverpool. 

Jarang Terjadi di Piala AFF 

Lalu, bagaimana dengan peluang Timnas Indonesia meniru remontada tim-tim top Eropa? 

Menilik sejarah, belum ada tim ASEAN yang pernah melakukan remontada di final Piala AFF, semenjak sistem final dua leg diperkenalkan.

Mungkin hanya final 2016, kala Thailand mampu menang 2-0 usai kalah 1-2 dari Indonesia di leg pertama. Itupun, selisih skor terlalu tipis dan tidak berlangsung secara dramatis. 

Sementara itu, sisa final lain sejak 2004 selalu berakhir dengan skor mencolok.

Singapura mengungguli Indonesia dengan skor 5-2 pada final 2004, Thailand-Singapura 2007 dimenangkan The Lions dengan agregat 2-4, Malaysia-Indonesia pada 2010 (3-0, 1-2), Singapura vs Thailand (3-1, 0-1) 2012, Thailand vs Malaysia (2-0, 2-3) pada 2014, hingga Vietnam-Malaysia (2-2, 1-0) 2018 silam.

Walau demikian, Indonesia pernah melakukan remontada di semifinal Piala AFF 2004 silam. 

Baca Juga: Pelatih Thailand: Kemenangan 4-0 Bukan Hasil Akhir, Kami Belum Berpesta

Kala itu, Garuda yang diperkuat pemain macam Kurniawan Dwi Yulianto hingga Boaz Salossa, kalah dengan skor 1-2 di Gelora Bung Karno. Tetapi, secara ajaib menang 4-1 di Bukit Jalil dan lolos ke final. 

Namun, bukan pekerjaan mudah untuk mengulangi hal tersebut, terlebih melawan Timnas Thailand yang memiliki skuad berpengalaman. 

Dengan rataan skuad paling muda di turnamen (23,7 tahun), Shin Tae-yong selaku pelatih Indonesia sadar timnya memang kalah kelas. 

Tetapi, pelatih asal Korea Selatan tidak menutup kemungkinan timnya bisa membalikkan keadaan. 

"Banyak pemain yang baru pertama kali ini main di final. Begitu babak pertama dimulai, kami kemasukan gol sangat cepat sehingga mempersulit kami sendiri,” terang Shin usai laga leg pertama.

"Kalau melihat pertandingan hari ini tidak mungkin (membalas kekalahan 0-4) dari Thailand. Tetapi, bola itu bundar. Dan jika kita kerja keras sampai akhir akan mendapatkan hasil yang baik," tambahnya.

Terlepas apakah mampu melakukan remontada atau tidak, yang pasti skuad muda Indonesia sudah tampil menjanjikan sepanjang turnamen. 

 




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x