Berkat teknologi canggih yang ditanamkan dalam kubah tersebut, atap stadion ini pun jadi bisa dibuka dan ditutup secara otomatis.
Selain itu, karena Singapura memiliki iklim tropis, maka atap stadion ini dirancang supaya dapat memantulkan sinar matahari guna melindungi area interiornya.
Lalu, aliran udara alami yang masuk ke stadion dimanfaatkan untuk menyejukkan area penonton sehingga penggunaan energinya menjadi lebih rendah.
Baca Juga: Jelang Final Piala AFF Indonesia vs Thailand, Gajah Perang Kehilangan Dua Pemain Kunci
Tak hanya sepak bola, Stadion Nasional Singapura juga memiliki konfigurasi untuk cabang olahraga yang lain, seperti kriket, rugbi dan atletik.
Konfigurasi tersebut terletak pada baris paling bawah tempat duduk penontonnya, yang dapat dimaju-mundurkan untuk memenuhi kebutuhan cabang olahraga tertentu, misalnya atletik.
Untuk melakukan konfigurasi tersebut, Stadion Nasional Singapura membutuhkan total waktu sekitar 48 jam agar dapat menggelar setiap pertandingan olahraga.
Baca Juga: Final Piala AFF 2020 Indonesia vs Thailand, Polking: Mereka Lawan yang Sulit tapi...
Seperti stadion modern pada umumnya, Stadion Nasional Singapura juga telah terintegrasi dengan transportasi publik, salah satunya yaitu stasiun MRT.
Namun, stadion ini semakin terasa unik karena ternyata bangunannya berdiri di atas sebuah stasiun MRT bawah tanah.
Selain stasiun MRT bawah tanah, di sekitar Stadion Nasional Singapura juga terdapat beberapa stasiun MRT lainnya seperti Stasiun MRT Kallang dan Stasiun MRT Mountbatten.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.