Menpora pun melihat semua atlet di NPC mempunyai semangat untuk membuktikan diri bahwa mereka tidak kalah dari atlet Olimpiade.
Hal ini tentu menjadi kabar baik bagi seluruh atlet difabel, khususnya yang berada di daerah.
Selain menyetarakan perlakuan atlet Olimpiade dan Paralimpiade, dalam DBON juga tertuang berbagai program untuk pembinaan, rekruitmen, dan target cabang olahraga Olimpiade unggulan hingga 2044, setahun sebelum Indonesia Emas 2045.
Baca Juga: Menpora Zainudin Amali Pastikan Persiapan PON XX Papua Telah Rampung
Menpora mengakui tak bisa menggarap semua 70 cabang olahraga yang terdaftar di KONI karena keterbatasan sumber daya.
Maka dari itu dipilihlah 12 cabor yang mempunyai potensi untuk berprestasi di Olimpiade.
"Tidak mungkin sekitar 70 cabor yang ada di KONI kita garap semua, sumber daya kita terbatas," kata Zainudin Amali dikutip dari laman resmi Kemenpora.
"Kita prioritaskan pada yang dipertandingkan di Olimpiade, kemudian dari hasil diskusi dengan para pakar kita harus memperhatikan kondisi fisik yang bisa bersaing dan unggul sehingga ditetapkan cabang-cabang yang menitikberatkan pada akurasi dan teknik," jelas Menpora Amali.
"Ada 12 nomor Olimpiade yang menjadi unggulan, yaitu bulutangkis, angkat besi, panjat tebing, panahan, menembak, karate, taekwondo, balap sepeda, atletik, renang, dayung, dan senam artistik. Sementara 2 yang dipersiapkan karena punya potensi besar yaitu pencak silat dan wushu," jelas Menpora.
Dengan adanya DBON ini diharapkan, prestasi olahraga Indonesia bisa terus berlanjut dan tidak hanya terjadi satu atau dua kali seperti saat ini.
Baca Juga: Atlet Olimpiade-Paralimpiade Tokyo hingga Panglima TNI-Kapolri Terima Penghargaan di Haornas 2021
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.