TOKYO, KOMPAS.TV – Yusra Mardini (23), atlet renang dari Tim Olimpiade Pengungsi, dianggap sebagai inspirasi bagi jutaan pengungsi di seluruh dunia. Kisah kedatangannya ke Jerman di tahun 2015 yang dramatis sungguh menggugah.
Kini, pengungsi asal Suriah yang tinggal di Hamburg, Jerman ini kembali berlaga di Olimpiade keduanya bersama tim pengungsi. Sebelumnya, di tahun 2016, ia juga sempat berlaga di Olimpiade Rio de Janeiro, Brasil.
Melansir media olah raga ISPO, berikut sejumlah fakta menarik tentang Yusra Mardini, yang ternyata tak cuma seorang atlet renang.
Duta Termuda UNHCR PBB
Yusra Mardini menjadi duta termuda di badan pengungsi PBB, UNHCR sejak April 2017. Organisasi itu melihatnya sebagai wajah krisis pengungsi dunia. Kisahnya dianggap inspiratif. Bersama Sarah saudarinya, Yusra meninggalkan perang sipil di Suriah di tahun 2015. Dari Turki, ia mencoba menyeberang ke Yunani menggunakan sebuah sekoci karet. Saat mesin sekoci itu mati, Yusra dan saudarinya yang juga seorang perenang, pun dua orang pengungsi lain, melompat ke dalam air. Mereka mengupayakan agar sekoci tetap stabil dan menariknya ke daratan dengan berenang selama lebih dari 3 jam. Bersama dua perenang lain, kakak-beradik Mardini berhasil menyelamatkan nyawa sekitar 20 orang pengungsi lainnya.
Baca Juga: Tidak Boleh Ditemani Sang Ibu, Perenang Tuna Netra AS Mundur dari Olimpiade Tokyo 2020
Granat di Kolam Renang di Suriah
Di kolam renang di kampung halamannya di Damaskus, Yusra menyaksikan sebuah granat jatuh dari atap kolam renang selama perang sipil berlangsung. Sekelompok perenang yang tengah berlatih itu, termasuk Yusra, beruntung, karena granat tenggelam ke dasar kolam tanpa meledak.
Bisa dibayangkan betapa leganya Yusra kini, berlatih di kolam renang di Berlin, Jerman. Klub renang Wasserfreunde Spandau yang kondang dengan para pemain polo air internasionalnya, kini menjadi rumah sementara bagi Yusra.
Yusra masih menjadi pemegang rekor renang di Suriah. Pada 2012, ia berenang di kategori gaya bebas 400 meter di Kejuaraan Dunia Kursus Singkat di Istanbul dalam waktu 4:56,66 menit, memecahkan rekor nasional Suriah. Sementara, rekor renang Jerman berada di bawah 4 menit.
Bertemu Tokoh-Tokoh Dunia
Pada 2016, Yusra diizinkan berbicara di PBB. Dengan pidato kurang dari 3 menit, ia menjadi pembuka penampilan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama di Majelis Umum PBB. Setelahnya, ia sempat bertemu empat mata dengan Obama, dan Obama memujinya sebagai “panutan yang hebat” bagi anak-anak di seluruh dunia. Obama juga menandatangani manuskrip pidatonya.
Periode pasca Olimpiade Rio di Brasil menjadi puncak ketenarannya. Yusra juga sempat bertemu dengan Paus Fransiskus, dan majalah Time memasang namanya sebagai salah satu dari 30 remaja paling berpengaruh.
Di Olimpiade Rio, juara dunia renang Olimpiade 2012 Prancis Florent Manaudou sempat menyapanya. “Saya bangga mengenalnya,” aku Manaudou saat itu. Keduanya kemudian bertukar topi renang.
Eksis di Media Sosial
Tentu saja, layaknya remaja lain, Yusra juga eksis di media sosial. Sebanyak 169 ribu pengguna Instagram mengikutinya. Atas perannya sebagai influencer, ia menerima penghargaan “About You” di kategori olah raga pada Mei lalu. “Saya sangat bersyukur masih hidup. Saat memulai renang, saya tak pernah membayangkan bahwa olah raga akan menyelamatkan hidup saya,” tuturnya.
Yusra mungkin juga tak pernah membayangkan bahwa ia akan terkenal. Namun, saat sebuah perusahaan pembuat teh hendak mencetak wajahnya dalam kemasan teh produksinya, Yusra menolak. “Saya minum teh, tapi melihat wajah saya di bungkus teh, rasanya aneh,” akunya pada majalah Bild.
Baca Juga: Perjuangan Perenang Bintang Jepang Sembuh dari Leukemia hingga Berlaga di Olimpiade Tokyo 2020
Karir Renangnya Akan Berakhir Seusai Olimpide Tokyo
Jika Yusra memenangkan medali di Tokyo, itu akan menjadi salah satu sensasi terbesar dalam sejarah Olimpiade. Namun, Yusra tak diprediksi untuk menang. Contohnya, jika ia sudah dinaturalisasi dan dapat bertanding sebagai warga negara Jerman, ia tak akan mampu menembus hingga Olimpiade. “Kita semua tahu bahwa saya tak akan pernah mencapai standar waktu Jerman,” aku Yusra seperti dikutip dari harian Die Welt.
Namun, jika ia berhasil mendapatkan paspor Jerman yang memang diharapkannya, Yusra tak akan lagi bisa bertanding bagi tim pengungsi, atau Suriah. Jadi jelas, karirnya sebagai atlet renang akan berakhir setelah Tokyo.
Kendati begitu, Yusra punya banyak rencana untuk masa depannya. Ia ingin membuka sekolah renang miliknya. Di klub renangnya di Spandau, ia telah memulai kelas renang untuk anak-anak pengungsi tahun lalu.
Inspirasi Film "The Swimmers"
Di bulan April, layanan streaming Netflix mengumumkan niat untuk mengangkat kisah nyata tentang Yusra dan Sarah ke film bertitel “The Swimmers”. Dua kakak beradik Suriah ini akan diperankan oleh kakak beradik aktris Lebanon Manal dan Nathali Issa. Rencananya, film ini akan diputar pada tahun 2022.
Sumber : ISPO
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.