WASHINGTON, KOMPAS.TV - Pemenang 3 kali medali emas Paralimpiade asal Amerika Serikat, Becca Meyers, mengundurkan diri dari tim yang akan berlaga di Olimpiade Tokyo 2020.
Alasan utama Meyers mundur adalah ibunya, yang mana merupakan asisten pribadinya, tidak boleh menemani karena regulasi dari Komite Olimpiade Internasional terkait situasi pandemi.
“Saya ingin pergi ke Tokyo. Berenang telah memberi saya identitas saya sebagai pribadi. Saya selalu menjadi Becca Gadis Perenang.” kata Meyers kepada The Washington Post.
“Saya tidak menganggap enteng keputusan (mundur) ini. Ini sudah sangat sulit bagi saya. (Tapi) saya perlu mengatakan sesuatu untuk membuat perubahan, karena ini tidak bisa berlangsung lebih lama lagi.”
Baca Juga: Ternyata Ini Tujuan Tempat Tidur Kardus Olimpiade Tokyo, Bukan untuk Cegah Seks Atlet Cinlok
Meyers merupakan perenang asal Amerika Serikat yang lahir dengan Usher Syndroms dan sudah tuna rungu sejak lahir. Untuk mendengar, Meyers dibantu alat bantu bernama cochlear implant.
Selain itu, Meyers juga kehilangan kemampuan melihatnya akibat penyakit bernama rentitis pigmentosa.
Sejak 2017 usai meraih 3 medali emas paralimpiade Rio 2016, perenang 26 tahun itu memiliki kesepakan dengan Komite Olimpiade dan Paralimpiade Amerika Serikat (USPOC) untuk mengizinkan ibunya, Maria, menemani dirinya sebagai asisten personal (PCA).
Selama ditemani sang ibu, Meyers berhasil menggondol lima medali emas di kejuaraan renang Pan Pacific Para di Australia pada 2018 silam.
Baca Juga: Perjuangan Perenang Bintang Jepang Sembuh dari Leukemia Hingga Berlaga di Olimpiade Tokyo 2021
Lalu pada World Para Swimming Championship di London 2019 silam, Meyers memenangkan 4 medali dan mencetak 2 rekor dunia.
Sayangnya, Olimpiade Tokyo 2020 diadakan tanpa penonton dan pembatasan signifikan untuk delegasi asing, yang berarti asisten pribadi, termasuk ibunya, Maria Meyers tidak diizinkan masuk ke Jepang.
“Dia memberikan seluruh hidupnya untuk ini. Ini tidak dapat diterima. Ini memilukan," kata sang ibu, Maria Meyers.
“Dia takut pergi (sendirian). Dan maksud saya ketakutan — seperti, digulung menjadi bola, gemetar.”
Becca juga mengaku mengalami stres berlebih dan kesulitan tidur dan memulai latihan rutin karena keputusan mundur dari Olimpiade.
“Aku belum tidur. Saya sangat stres. Saya kesulitan latihan karena situasi ini, dan saya belum bisa menjadi yang terbaik yang saya bisa," lanjut Becca.
"Saya tahu saya bisa menjadi yang terbaik dengan sumber daya yang saya butuhkan. Itu berhasil selama empat tahun terakhir."
USOPC juga mengaku kecewa dengan regulasi yang tidak mendukung para atletnya.
"Kami sedih bagi para atlet yang perlu membuat keputusan yang menyakitkan tentang apakah akan bersaing jika mereka tidak dapat memiliki sumber daya dukungan khas mereka di kompetisi internasional," tulis pernyataan USOPC.
"Tetapi prioritas utama kami adalah memastikan keselamatan atlet, pelatih, staf, dan warga negara kami serta negara tuan rumah."
Baca Juga: Kisah Masomah Ali Zada, dari Kekangan Taliban Afghanistan hingga Jadi Atlet Olimpiade
Sumber : The Washington Post
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.