JAKARTA, KOMPAS.TV - Rapat Dengar Pendapat (RDP) antara Komisi VII DPR RI dan holding BUMN tambang, pada Selasa (30/6/2020), berlangsung 'panas'.
Anggota Komisi VII DPR RI Muhammad Nasir bersitegang dengan Direktur Utama (Dirut) PT Inalum (Persero) atau MIND ID, Orias Petrus Moedak.
Sejak awal Muhammad Nasir memang kerap melakukan interupsi ketika Orias Petrus Moedak menjawab pertanyaan anggota DPR yang lain.
Buntutnya, politikus Partai Demokrat itu meminta bos Inalum keluar dari ruang rapat.
Baca Juga: Video Saat Anggota DPR Cecar dan Usir Dirut Inalum dari Ruang Rapat
Tidak Puas
Perdebatan panas itu bermula ketika Orias menjelaskan mengenai refinancing terkait utang Inalum sebagai salah satu strategi pendanaan setelah mengambil alih PT Freeport Indonesia.
Refinancing dilalukan dengan cara menerbitkan obligasi global sebesar USD 2,5 miliar atau setara Rp 37,5 triliun dengan catatan kurs sebesar Rp 15.000.
Menurut Orias, dana tersebut akan digunakan untuk membayar utang yang telah jatuh tempo sebesar 1 miliar dolar.
Adapun sisanya akan digunakan untuk mengakuisisi saham PT Vale Indonesia. Juga membantu membayar pinjaman anak usaha holding lainnya.
Baca Juga: Usai Marah dan Usir Bos Inalum Saat Rapat, Ujungnya Anggota DPR Minta CSR
Ketika mendengar penjelasan Orias, Nasir merasa tidak puas.
Nasir kemudian kembali bertanya kepada Orias soal skema refinancing dan jaminan atas pinjaman yang diperoleh perusahaan pelat merah tersebut.
Orias menyebut tidak ada jaminannya. Pasalnya, baik pemberi pinjaman maupun Inalum percaya dapat melunasi pinjaman tersebut.
Mendapat jawaban itu, Nasir kembali tak puas. Ia mengaku khawatir tiga perusahaan lain akan menjadi korban.
Artinya, kata Nasir, perusahaan yang ada di holding BUMN tambang hanya akan menjadi sapi perah untuk membayar utang-utang Inalum.
Karena itu, legislator asal Riau itu pun memberikan saran agar membentuk panitia khusus (pansus) terkait Inalum.
Baca Juga: Soal Sujud Depan Dokter, DPRD Surabaya: Bu Risma Tidak Ingin Warganya Disalahkan
Data Bahan Rapat Dipermasalahkan
Rapat kemudian berlanjut. Anggota DPR yang menjadi peserta rapat lainnya turut berbicara. Tapi beberapa jam kemudian, Nasir kembali angkat bicara.
Kali ini, Nasir mempersoalkan data atau bahan rapat yang dibawa oleh perusahaan BUMN yang hadir dalam RDP tersebut. Nasir menyinggung bahan-bahan yang dibawa untuk rapat tidak lengkap.
“Itu yang kami khawatirkan. Makanya kita minta data detailnya. Kalau bapak sekali lagi gini, saya suruh bapak keluar dari rapat,” kata Nasir.
Mendengar ucapan anggota dewan itu, Orias tak diam. Ia menimpalinnya. “Kalau bapak suruh saya keluar, ya saya keluar,” ucap Orias.
“Iya, bapak bagus keluar, karena enggak ada gunanya bapak rapat di sini. DPR ini bukan buat main-main. Anda bukan main-main di sini!” kata Nasir dengan nada tinggi.
“Saya enggak main-main,” jawab Orias.
“Jadi, Anda kalau rapat, harus lengkap bahannya. Enak betul Anda di sini! Siapa yang naruh Anda di sini? Percuma naruh orang kayak gini. Ngerti? Kurang ajar Anda,” ujar Nasir masih dengan nada tinggi.
“Kurang ajar Anda di sini. Kalau Anda enggak senang, Anda keluar. Kau pikir punya saudara kau ini semua?” sambungnya lagi.
Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Alex Noerdin, selaku pimpinan rapat kemudian menengahi. Selanjutnya, anggota Komisi VII DPR lainnya giliran memberikan pandangan.
Baca Juga: Dugaan Rhoma Irama Gelar Panggung, DPRD Kabupaten Bogor Serahkan ke Ranah Hukum
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.