"Setelah itu gak ada nelpon lagi. Paginya dapat kabar, orang staf (TNI) datang kasih tahu kejadian itu. Pas saya tanya kronologis, katanya dihadang pas pulang itu," cerita Anita.
Serma Rama Wahyudi gugur saat menjalankan misi perdamaian PBB di Republik Demokratik Kongo.
Menurut Anita, suaminya sudah enam bulan berada di Kongo. Ia menyebut suaminya akan pulang kampung pada September mendatang.
"Katanya kemarin bulan delapan (Agustus) mau pulang, tapi karena Covid-19 tak bisa. Jadi bulan sembilan ambil cuti gelombang kedua. Saya bilang bisa pulang ya, dijawabnya iya. Kalau bisa pulang, pulang lah dulu," katanya.
"Rupanya Allah berkehendak lain ya. Pulangnya lebih cepat," lanjutnya sambil menangis.
Almarhum juga meninggalkan tiga orang anak, dua perempuan dan satu laki-laki. Anak pertama kelas dua SD, anak kedua TK, dan yang terakhir masih berusia 4 tahun.
Anita menceritakan suaminya akan berulang tahun ke-37 pada bulan Juli.
Baca Juga: Prajurit TNI Gugur di Kongo, Jenderal Andika: 1 Lainnya Terluka, Mudah-mudahan Masih Ada Harapan
Sersan Mayor Rama Wahyudi diketahui gugur setelah rombongan patrolinya diserang oleh milisi di dekat Beni, kota di Provinsi Kivu Utara, pada Senin (22/6/2020) malam waktu setempat.
Kabar itu disampaikan Sy Koumbo, perwira komunikasi Misi Stabilisasi PBB untuk RD Kongo (Monusco), seperti dilaporkan AFP Selasa (23/6/2020).
"Satu anggota Helm Biru (pasukan perdamaian PBB) gugur dan satunya terluka namun tidak serius. Saat ini kondisinya stabil," jelas Koumbo.
Menurut informasi yang diterima, terdapat 2 personel TNI yang menjadi korban dalam serangan tersebut.
Serma Rama Wahyudi dinyatakan meninggal dunia. Sedangkan korban lainnya, Prajurit Satu M Syafii Makbul masih dalam perawatan intensif.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.