JAKARTA, KOMPAS TV - Mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Pramono Edhie Wibowo, meninggal dunia karena sakit serangan jantung pada Sabtu (13/6/2020) malam.
Pramono Edhie meninggal dunia dalam usia 65 tahun. Ia tutup usia di RSUD Cimacan, Cianjur, Jawa Barat. Demikian kabar duka tersebut disampaikan oleh mantan Wasekjen Partai Demokrat Rachland Nashidik.
"Innalillahi wainailaihi rojiun, telah meninggal dunia malam ini Bapak Pramono Edhie Wibowo di RS Cimacan. Informasi selanjutnya akan disampaikan kemudian," kata Rachland melalui pesan singkat yang diterima di Jakarta pada Sabtu (13/6/2020).
Baca Juga: Pramono Edhie Wibowo Tutup Usia, AHY: Kami Kembali Berduka
Almarhum Pramono Edhie Wibowo yang merupakan ipar Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono itu dikabarkan meninggal pukul 19.45 WIB.
Pramono Edhie Wibowo merupakan kakak dari Ani Yudhoyono. Keduanya merupakan anak dari tokoh militer Letjen TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo.
Pramono Edhie lahir di Magelang, Jawa Tengah, 5 Mei 1955. Ingin mengikuti jejak ayahnya sebagai tentara, Pramono membangun karirnya dengan menempuh pendidikan AKABRI pada 1980.
Ketika itu, ia langsung ditunjuk sebagai Komandan Pleton Grup I Komandan Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha). Berkat kegigihannya, karir Pramono cepat melesat.
Baca Juga: Eks KSAD Pramono Edhie Wibowo Tutup Usia Karena Serangan Jantung
Empat tahun kemudian atau pada 1984, Pramono ditunjuk sebagai Komandan Kompi 112/11 grup I Kopassandha.
Demi mencapai karir tertinggi, pada 1995 Pramono menempuh Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Sesko AD).
Satu tahun kemudian, Pramono menjabat sebagai Perwira Intel Operasi grup I Kopassus. Ia lantas menjabat sebagai wakil Komandan dan terpilih menjadi Komandan dua tahun kemudian.
Setelah masa reformasi berlangsung, Pramono tugasnya merapat ke istana. Ia dipilih menjadi ajudan Presiden Megawati Soekarno Putri pada tahun 2001.
Baca Juga: AHY Tunjuk 6 Waketum Partai Demokrat, Salah Satunya Ibas Yudhoyono
Pada tahun yang sama, Pramono kembali menempuh Sekolah Staf dan Komando Tentara Nasional Indonesia (Sesko TNI), dan kemudian menjabat sebagai Perwira Tinggi Staf Ahli Bidang Ekonomi Sesko TNI 2004.
Karir Pramono tak berhenti sampai di situ. Pada 2005 dia terpilih menjadi Wakil Danjen Kopassus. Lalu dua taun berikutnya jadi Kasdam IV/ Diponegoro.
Di tahun 2008, Pramono menjabat Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus TNI AD hingga tahun 2009. Selanjutnya, Pramono menjabat sebagai Panglima KOSTRAD Pangdam III Siliwangi.
Meski mempunyai karir cemerlang, Pramono Edhie Wibowo ternyata pernah diterpa isu miring. Itu ketika dirinya ditunjuk sebagai Kepala Staf Angkatan Darat pada 2011.
Baca Juga: Momen AHY Menggantikan SBY Sebagai Ketua Umum Partai Demokrat
Ketika itu, beredar kabar bahwa penunjukan Pramono Edhie Wibowo menggantikan George Toisutta disebut berbau nepotisme, karena di saat bersamaan kakak iparnya Susilo Bambang Yudhoyono menjabat sebagai Presiden RI.
Banyak pihak berpendapat bahwa Pramono Edhie menjabat KSAD karena pengaruh SBY. Walau demikian, ketika itu Pramono tidak berada dalam satu partai yang sama yakni Demokrat.
Pramono Edhie baru masuk ke partai besutan SBY itu pada 29 Juni 2013 setelah pensiun dari TNI. Ia menjabat sebagai Dewan Pembina Partai Demokrat.
Di bulan Agustus 2013, Pramono Edhie Wibowo menjadi salah satu peserta Konvensi Capres Partai Demokrat bersama 10 kandidat lainnya.
Baca Juga: Gantikan SBY, AHY Jadi Ketum Partai Demokrat, Ini Janjinya
Kesepuluh peserta konvensi lainnya adalah Hayono Isman, Marzuki Alie, dan Sinyo Harry Sarundajang yang merupakan kader partai.
Ali Masykur Musa, Anies Baswedan, Dahlan Iskan, Dino Patti Djalal, Gita Wirjawan, Irman Gusman dan Endriartono Sutarto yang berasal dari luar partai. Ia dan Endriartono merupakan peserta yang berasal dari latar belakang militer.
Partai Demokrat menggelar Konvensi Capres untuk menentukan siapa yang akan diusung pada gelaran Pilpres 2014.
Pada 16 Mei 2014, Partai Demokrat mengumumkan hasil Konvensi Capres, Pramono Edhie Wibowo menempati posisi kedua setelah Menteri Badan Usaha Milik Negara, Dahlan Iskan.
Meskipun telah ditetapkan pemenangnya, Dahlan Iskan batal diusung sebagai calon presiden dari Partai Demokrat. Penyebabnya, partai besutan SBY itu gagal memperoleh cukup suara minimal 20 persen dari kursi parlemen.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.