Kompas TV nasional berita kompas tv

Mengenal Apa Itu Gelombang Kedua Virus Corona yang Diprediksi akan Terjadi

Kompas.tv - 14 April 2020, 22:24 WIB
mengenal-apa-itu-gelombang-kedua-virus-corona-yang-diprediksi-akan-terjadi
Virus Corona (Sumber: grid.id)
Penulis : Fadhilah

KOMPAS.TV - Sejumlah ahli menyebut bahwa Indonesia harus bersiap menyambut kedatangan gelombang kedua virus corona atau Covid-19.

Salah satu peneiliti yang mengungkapkan hal itu adalah Epidemiolog Indonesia kandidat doktor dari Griffith University Australia, Dicky Budiman.

Menurut Dicky, pandemi Covid-19 berpotensi memiliki beberapa gelombang serangan wabah, termasuk di Indonesia.

Baca Juga: Waspada! Gejala Baru Virus Corona: Kulit Merah dan Gatal-Gatal

Apa itu gelombang kedua virus corona?

Dicky menerangkan, gelombang kedua virus corona adalah bila suatu wilayah telah mencapai puncak terkena virus corona, kemudian terjadi penurunan, setelah fase penurunan jumlah kasus tersebut terjadi lonjakan kasus lagi.

Adapun puncak kasus, kata Dicky, biasanya dihitung dengan attack rate di angka 3-10 persen penduduk merujuk data di Wuhan.

"Gelombang kedua biasanya menyerang hingga 90 persen penduduk yang belum terpapar tadi," kata Dicky sebagaimana dikutip dari Kompas.com, Selasa (14/4/2020).

Dicky mengungkapkan, gelombang kedua mempunyai masa jeda yang relatif jauh dengan puncak gelombang pertama. Bisa memakan waktu sebulan atau lebih.

Seperti halnya di China, gelombang kedua terjadi karena adanya orang dari luar wilayah atau negara yang membawa virus dan menularkan kembali ke populasi yang lainnya.

"Dalam kasus China diduga pembawanya adalah penduduk China yang kembali ke negaranya," ujar Dicky.

Baca Juga: Warga Sumatera Barat Positif Corona Meninggal Saat Mudik dari Tangerang

Pelacakan kasus kontak

Sedangkan untuk di Indonesia, ia menyarankan untuk fokus pada kondisi saat ini dengan intensifikasi dan ekstensifikasi test, pelacakan kasus kontak, perawatan dan isolasi.

Dalam proyeksinya, puncak kurva di Indonesia akan terjadi di awal Mei, dengan asumsi intervensi yang masih sama dengan saat ini.

"Awal atau akhir setiap gelombang tak bisa diprediksi tepat namun dapat diperkirakan, walau kadang sedikit tricky. Misalnya DKI melakukan PSBB ketat selama sebulan, dan terjadi penurunan angka kasus baru, dan memutuskan untk membuka atau meniadakan PSBB, pada kondisi tersebut bisa saja disebut gelombang pertama," kata Dicky.

Baca Juga: Bagaimana Meredam Tingginya Angka Kematian Corona di Indonesia? Ini Penjelasan Ahli!

Setiap Wilayah Berpotensi Alami Gelombang Kedua

Menurut Dicky, selama solusi belum ada yaitu obat dan vaksin atau herd imunity terjadi, maka setiap wilayah akan berpotensi mengalami gelombang kedua atau ketiga.

Hal ini, imbuh Dicky, sama halnya seperti perjalanan panjang manusia saat pandemi flu pada 1918-1920. Dicky mengungkapkan, pandemi Covid-19 ini harus dipahami secara utuh.

"Saya melihat pemerintah pusat atau daerah belum memahami ini. Terlihat dari pendekatan strategi masih belum menyentuh strategi utama pandemi yaitu tes trace treat dan isolate. Plus upaya pencegahan seperti pembatasan sosial dan fisik yang di dalamnya masuk PSBB, cuci tangan dan bermasker," papar Dicky.

Ketika disinggung apakah jumlah kasus di gelombang kedua akan lebih tinggi dari gelombang pertama, ia tak bisa menjawabnya.

Hal itu lantaran selama pemerintah belum mengetahui berapa sebetulnya jumlah penduduk yang telah terinfeksi Covid-19.

Baca Juga: Pakai Celana Pendek dan Kaus, Artis FTV Naufal Samudra Diciduk Polisi

Adapun solusinya dapat dengan cara meningkatkan tes secara masal dan agresif sehingga bisa diperkirakan jumlah yang positif.

"Namun akan lebih tepat dan ideal bila melakukan juga survei serologi agar analisa yang didapat relatif lebih bisa dipercaya untuk menggambarkan berapa jumlah penduduk yang masih rawan," kata Dicky.

Menurutnya, semakin besar jumlah penduduk yang belum terinfeksi maka logikanya potensi penduduk yang akan terinfeksi dalam gelombang berikutnya akan semakin besar.




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x