Indonesia memiliki sejumlah destinasi wisata yang menarik wisatawan.
Tak heran, banyak wisatawan, baik dari dalam negeri maupun manca negara berbondong-bondong datang ke sejumlah tempat wisata untuk berlibur.
Tempat wisata tersebut sebagian besar merupakan wisata alam, seperti gunung, kawah gunung, danau, laut, pantai dll.
Pemerintah juga menjadikan sektor pariwisata sebagai salah satu sumber devisa.
Baca Juga: Terkait Penanggulangan Bencana, BNPB Gelar Rakornas Hari Ini
Meski dibalut dengan keindahan yang menawan, sebagian besar destinasi wisata ini rawan bencana.
Pada Bulan Juli 2018, Lombok yang merupakan salah satu destinasi wisata favorit, diguncang gempa.
Ratusan orang meninggal dunia.
Bangunan di sejumlah daerah rusak berat.
Kerugian diperkirakan mencapai triliunan rupiah.
Tak hanya itu, gempa juga sampai ke wilayah Pulau Bali, sehingga merusak beberapa bangunan di sejumlah wilayah Bali.
Selain gempa, wilayah pesisir Indonesia juga memiliki potensi diterjang tsunami.
Hal ini, disebabkan karena Indonesia dikeliling oleh tiga lempeng aktif, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik.
Baca Juga: Kepala BNPB ajak Multipihak Menanggulangi Bencana
Selain ancaman gempa dan tsunami, ancaman erupsi gunung berapi juga membayang-bayangi warga.
Meskipun gunung merupakan salah satu tempat wisata yang cukup digemari oleh warga, terutama bagi komunitas pendaki.
Salah satu gunung yang sering aktif adalah Gunung Agung di Bali.
Gunung ini kerap mengeluarkan erupsi menunjukkan keaktifannya.
Akibatnya, pesawat yang terbang di sekitar gunung, harus dialihkan.
Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, terpaksa harus ditutup.
Yang lebih membahayakan, warga yang hidup di sekitar Gunung Agung jadi terganggu akibat erupsi.
Selain Bali, wisata gunung berapi juga ada di sejumlah daerah, seperti Gunung Bromo, Gunung Semeru di Jawa Timur, Gunung Rinjani di Lombok, dll.
Baca Juga: 70 Karyawan Kompas Gramedia Ikuti Pelatihan Siaga Bencana
Kepala Sub Direktorat Pemetaan dan Analisis Risiko Bencana, BNPB Abdul Muhari mengatakan, di balik keindahan, memang ada ada bahaya yang mengancam.
“ ini adalah dua sisi mata uang, ada keindahan, ada bencana. Dan ini tidak Cuma ada di Bali saja”, ujar Abdul kepada Kompas TV.
Untuk mengatasi permasalah ini, BNPB mengaku akan membuat sebuah sistem yang terintegrasi yang sudah sesuai dengan standar internasional.
“ kita akan membuat sistem yang terintegrasi, mulai dari pusdalops nya, komponen perangkatnya, jadi akan ada komponen-komponen taktis, seperti heli taktis, dukungan sarana transportasi laut “, kata Abdul.
Targetnya, tahun 2020 ini, sistem terintegrasi ini sudah bisa diterapkan di lima destinasi super prioritas Indonesia, yaitu Danau Toba, Danau Toba, Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo dan Likupang.
etelahnya, model BPBD terintegrasi ini dapat diterapkan di daerah-daerah lain.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.