Ia juga menyoroti tingginya intensitas bencana di beberapa wilayah seperti Sukabumi, Cianjur, dan Pandeglang.
“Belakangan juga terjadi longsor dan banjir, pergerakan tanah. Sebagai wilayah yang rawan bencana, saya yakin kebutuhan masyarakat akan informasi salah satunya adalah terkait kebencanaan,” ujarnya.
Menurut Ubaidillah, melalui program edukasi yang terencana, masyarakat akan lebih memahami langkah-langkah yang harus dilakukan ketika bencana melanda. Pengetahuan tersebut dapat membuat masyarakat lebih tangguh dan mandiri dalam menghadapi situasi darurat.
“Saat edukasi kebencanaan dilakukan, masyarakat akan mengetahui hal apa yang perlu dilakukan saat bencana tiba. Mitigasi dan penanggulangan bisa dilakukan oleh masyarakat secara mandiri,” tambahnya.
Ubaidillah juga mengusulkan agar lembaga penyiaran menayangkan edukasi kebencanaan pada program-program dengan minat penonton tinggi, terutama di jam tayang utama (primetime).
Dengan demikian, informasi penting ini dapat menjangkau lebih banyak orang dan meningkatkan kesadaran masyarakat secara luas.
“Salah satunya, agar informasi mengenai edukasi kebencanaan ini bisa disisipkan di program-program yang bagus, yang penontonnya banyak, juga bisa di saat-saat waktu primetime,” tutupnya.
Peringatan 20 tahun tsunami Aceh menjadi momen refleksi untuk memperkuat kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. Sejarah telah menunjukkan betapa besar dampak bencana jika tidak diantisipasi dengan baik.
Dengan peran aktif media dalam memberikan edukasi kebencanaan, diharapkan masyarakat Indonesia semakin tangguh menghadapi potensi bencana di masa depan.
Baca Juga: Perayaan Natal di Lapas Kelas IIA Kota Gorontalo Penuh Sukacita dan Khidmat
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.