Kompas TV nasional politik

Politikus PKB Anggap Pilkada lewat DPRD Tetap Demokratis: Rakyat Penguasa Tertinggi, tapi Diwakilkan

Kompas.tv - 18 Desember 2024, 21:25 WIB
politikus-pkb-anggap-pilkada-lewat-dprd-tetap-demokratis-rakyat-penguasa-tertinggi-tapi-diwakilkan
Anggota Komisi II DPR Indrajaya menilai pilkada tidak langsung tetap demokratis. (Sumber: DPR RI via Antara)
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim | Editor : Edy A. Putra

Kendati memandang pemilu sebagai roh demokrasi, Indrajaya menilai penyelenggaraan yang boros dan rumit tidak menjamin terlaksananya asas-asas pemilu sesuai amanat Undang-Undang Dasar 1945.

"Gagasan (kepala daerah ditunjuk DPRD) itu harus digodok matang oleh semua fraksi dan diputuskan dalam Paripurna DPR," katanya.

Baca Juga: Wakil Ketua Komisi II DPR: Pilkada di DPRD juga Ada Politik Uang, Kita Sudah Pengalaman

Usulan agar pemilihan kepala daerah dikembalikan ke DPRD disampaikan Presiden Prabowo Subianto dalam perayaan puncak Hari Ulang Tahun (HUT) ke-60 Partai Golkar pada Kamis (12/12/2024) malam.

Akan Bawa Indonesia ke Otoritarianisme

Menurut peneliti ahli utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Firman Noor, pilkada lewat DPRD hanya akan membawa Indonesia menuju ke alam otoritarianisme. Sebab, demokrasi Indonesia akan ditentukan oleh para ketua umum partai saja.

”Jadi wajar, karena track record demokrasi kita ke situ, menuju semakin declining (menurun) begitu, ya. Ini sudah semi-otoriter ini. Sudahlah, Indonesia ini diatur delapan orang ketua umum sajalah sudah, dibagi-bagi. Nanti Sumatera, persentasenya bagaimana, dukung ini, dukung ini, dukung ini. Ya, sudah, semua akan nurut. Sudah selesai, enggak ada alternatif,” kata Firman, Jumat (13/12/2024), dikutip dari Kompas.id.

Menurut dia, mengganti pilkada langsung menjadi pilkada lewat DPRD tidaklah menjawab inti persoalan yang ada.

Apabila persoalannya dinilai ada pada masyarakat dalam pengertian masyarakat belum siap atau masyarakat kurang antusias dalam pilkada, seharusnya solusi yang diberikan oleh negara diarahkan ke sana, yakni untuk mengawal rakyat menjadi lebih layak terlibat dalam prosesi demokrasi.

”Jadi, itu salah alamat. Bukan kemudian short cut, dikembalikan ke DPRD. Itu tidak menjawab (persoalan). Artinya, masyarakat tetap saja pendidikan politiknya rendah, awareness-nya rendah. Artinya, uang negara tidak dibikin untuk mendewasakan mereka, kan. Tetapi, malah dipindahkan begitu saja ke DPRD. Itu yang saya bilang salah alamat,” ujarnya.


 




Sumber : Antara, Kompas.id




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x