KOMPAS.TV – Bumi saat ini menghadapi tiga krisis lingkungan yang saling terkait, yang dikenal sebagai triple planetary crisis. Krisis ini mencakup perubahan iklim, polusi, dan hilangnya keanekaragaman hayati.
Berbagai upaya global telah dilakukan untuk menanganinya, dengan fokus utama pada transisi ke energi terbarukan dan peningkatan efisiensi energi.
Namun, intervensi di sektor energi ini hanya mampu mengurangi sekitar 55 persen dari total emisi. Sisanya, sekitar 45 persen emisi, berasal dari produk-produk seperti mobil, pakaian, makanan, dan barang-barang sehari-hari lainnya.
Oleh karena itu, dibutuhkan pendekatan yang lebih menyeluruh di seluruh rantai nilai (value chain) agar triple planetary crisis dapat ditangani secara optimal.
Ekonomi sirkular muncul sebagai solusi dengan menawarkan pendekatan pengelolaan sumber daya yang regeneratif, di mana material yang diproduksi dan dikonsumsi dirancang untuk tidak pernah menjadi sampah.
Ekonomi sirkular bertujuan untuk mengurangi limbah dan polusi, memperpanjang masa guna produk dan material, serta meregenerasi ekosistem alam.
Praktik ini melibatkan pemeliharaan, penggunaan ulang, perbaikan, daur ulang, dan pengomposan untuk meminimalkan penggunaan sumber daya.
Di sisi produksi, ekonomi sirkular mendorong desain produk yang tahan lama dan dapat didaur ulang, sementara dari sisi konsumsi, masyarakat diajak untuk memilih produk ramah lingkungan dan memanfaatkan produk lebih lama.
Pendekatan ini sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya pada Tujuan 12, yaitu Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab.
Ekonomi sirkular adalah model yang bertujuan memperpanjang siklus hidup produk, bahan baku, dan sumber daya agar dapat digunakan selama mungkin.
Indonesia telah mengintegrasikan ekonomi sirkular dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020–2024 sebagai bagian dari agenda ekonomi berkelanjutan dan lingkungan hidup.
Melalui Pembangunan Rendah Karbon (PRK), ekonomi sirkular diterapkan di sektor-sektor prioritas seperti pengelolaan limbah, energi berkelanjutan, dan industri hijau, yang selaras dengan prinsip sirkularitas.
Dampak positifnya termasuk pengurangan limbah, peningkatan energi terbarukan, dan efisiensi penggunaan sumber daya alam.
Proyeksi manfaat hingga 2030 mencakup peningkatan PDB, penciptaan lapangan kerja hijau, pengurangan emisi, penurunan limbah di sektor prioritas, dan penghematan air.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) berperan aktif mendukung ekonomi sirkular dengan langkah-langkah seperti mengintegrasikan konsep ini dalam rencana pembangunan nasional (RPJPN dan RPJMN), mensinkronkan kebijakan terkait, serta menyusun Peta Jalan dan Rencana Aksi Nasional untuk Ekonomi Sirkular.
Arah kebijakan utama ekonomi sirkular di Indonesia mencakup pengurangan penggunaan sumber daya, perpanjangan masa pakai produk dan material, serta peningkatan daur ulang dan pemanfaatan sisa produksi dan konsumsi.
Dengan langkah-langkah ini, ekonomi sirkular diharapkan dapat memberikan dampak signifikan bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan adil, sekaligus menjaga kelestarian lingkungan hidup di Indonesia.
Dalam penerapan ekonomi sirkular, ada sejumlah indikator yang berperan penting untuk membangun ekosistem berkelanjutan.
Indikator utama mencakup kelembagaan dan regulasi, yang menyediakan landasan hukum dan mendorong partisipasi sektor-sektor terkait, serta memastikan transparansi.
Pendanaan dan insentif seperti subsidi dan akses kredit juga krusial untuk mendorong inovasi dan adopsi teknologi ramah lingkungan.
Infrastruktur, teknologi, dan manajemen data yang baik diperlukan untuk mendukung pengumpulan limbah, produksi berkelanjutan, dan pelacakan material.
Selain itu, edukasi dan komunikasi membantu meningkatkan kesadaran masyarakat dan pelaku bisnis terhadap manfaat ekonomi sirkular, sehingga semakin banyak yang mendukung transisi ini.
Inisiatif serta aksi konkret di lapangan memperkuat kolaborasi lintas sektor, memastikan ekonomi sirkular dapat diimplementasikan secara nyata melalui kerja sama antara perusahaan, pemerintah, akademisi, dan masyarakat.
Salah satu contoh inisiatif yang berupaya menjembatani berbagai pihak dalam mendorong ekonomi sirkular adalah Langkah Membumi Festival 2024 yang diselenggarakan Blibli.
Melalui festival ini, Blibli mengajak para pemangku kepentingan dari berbagai sektor untuk berkolaborasi, bertukar ide, dan mempraktikkan bisnis berkelanjutan.
Kolaborasi lintas sektor ini menunjukkan bahwa penerapan ekonomi sirkular membutuhkan partisipasi bersama dan kesadaran kolektif untuk mewujudkan dampak nyata bagi keberlanjutan lingkungan hidup di masa depan.
Langkah Membumi Festival (LMF) 2024 yang diadakan pada 2–3 November di Senayan Park, Jakarta, merupakan inisiatif kolaboratif Blibli Tiket Action untuk menghadapi triple planetary crisis.
Mengusung tema “CollaborAction for the Earth,” festival ini menghadirkan kolaborasi lintas sektor dengan melibatkan pemerintah, akademisi, pebisnis, ecopreneur, media, dan masyarakat.
Acara ini bertujuan untuk mendorong implementasi ekonomi sirkular sebagai solusi strategis yang mencakup pengelolaan limbah, produksi energi terbarukan, dan inovasi dalam penggunaan bahan daur ulang.
Festival ini didukung berbagai mitra, seperti Ecofren dalam pengelolaan sampah dan Life Cycle Indonesia untuk menghitung jejak karbon.
Diharapkan festival ini bisa menginspirasi masyarakat untuk mulai menerapkan langkah-langkah berkelanjutan sehari-hari, dengan instalasi edukatif seperti Tunnel of Change yang menampilkan instalasi seni dari sampah.
Selain itu, Blibli mengadakan beragam diskusi dan workshop yang berfokus pada praktik bisnis berkelanjutan, melibatkan lebih dari 70 ecopreneur dan kolaborator yang menawarkan produk-produk dari limbah daur ulang, kendaraan listrik, serta panel surya.
LMF 2024 menjadi contoh nyata kolaborasi lintas sektor dalam mendukung ekonomi sirkular dan mendorong langkah-langkah nyata dalam pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
Kolaborasi ini menunjukkan bagaimana ekonomi sirkular dapat diterapkan secara luas melalui keterlibatan semua pihak, dari lembaga pemerintahan hingga komunitas lokal, untuk membangun ekosistem yang berpihak pada lingkungan dan generasi mendatang.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.