JAKARTA, KOMPAS.TV- Pasca teror 9/11 tahun 2001 silam di Amerika Serikat (AS), Indonesia pun tak luput dari serangan teror.
Tercatat Indonesia mengalami serangkaian serangan bom seperti Bom Bali I (Oktober 2002) dan Bom Bali II (Oktober 2005). Kemudian bom kedutaan Besar Australia (September 2004), Bom Hotel JW Mariot (Juli 2009), Bom Thamrin (Januari 2016), Bom Kampung Melayu (Mei 2017) dan Bom Surabaya (Mei 2018), Bom Astanaanyar Bandung (Januari 2022).
Semua teror bom itu ada korban nyawa selain yang terluka. Sucipto Heri Wibowo, salah satunya, yang merupakan korban di depan Kantor Kedutaan Besar Australia di Kuningan, Jakarta Selatan pada 2004 silam.
Sucipto tidak menyangka, yang saat itu bekerja di bagian administrasi dan jarang keluar kantor, di hari nahas itu justeru diminta mengambil dokumen yang melintasi tempat kejadian.
"Ketika bom meledak, saya jatuh dan motor mati di pinggir jalan," kenangnya di acara Aliansi Indonesia Damai (AIDA) yang dihadiri oleh KompasTV, Minggu (8/9/2024).
Suara ledakan dari bom berkekuatan 300 kilogram itu, membuat saraf di kepalanya terganggu hingga sekarang. Meski sudah menjalani pengobatan dan rehabilitasi, namun bagian belakang kepalanya masih sering sakit.
"Kalau sudah berkeringat, saya biasanya menghentikan aktivitas," kata Sucipto yang kini dipercaya menjadi Ketua Yayasan Penyintas Indonesia yang menghimpun para korban teror bom.
Baca Juga: Rumah Bustami Hamzah, Cagub Aceh Dilempari Bom oleh Orang Tak Dikenal Pagi Tadi
Satu-satunya alasan Sucipto bangkit adalah, dia sadar bahwa sudah memiliki anak sehingga kehidupan harus terus berjalan.
Hal yang sama juga dialami oleh Muhammad Al Agung Prasetryo, polisi yang jadi korban bom Kampung Melayu 2017 silam. Kala itu dia sedang berdinas di pos polisi Kampung Melayu, Jakarta Timur. Tanpa diketahui, seorang lelaki beransel meledakan bom.
Agung sempat lari dan menolong beberapa korban yang tergelatak. Namun tanpa disadari dia pun menjadi korban, kepalanya mengeluarkan banyak darah dan tubuhnya banyak luka.
"Saya sempat diberitakan meninggal di sebuah runing text televisi," katanya.
Beruntung, Agung masih bisa selamat meski kepala dan badannya diberi banyak jahitan.
Kini, dia ditugaskan di Tahti (Tahanan dan Barang Bukti) Polda Metro Jaya, tidak lagi berdinas di lapangan. Agung juga menerima Kenaikan Pangkat Luar Biasa (KPLB).
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.