Menurut Andre, dalam mewujudkannya Prabowo tentu butuh dukungan dari partai politik lain di luar KIM agar koalisis yang kuat dan efektif bisa terbentuk.
"Dengan pernyataan NasDem dan PKB yang akan bergabung di KIM kalau dihitung-hitung kan sudah 75 persen (kekuatan di parlemen), sehingga agenda Pak Prabowo dengan Mas Gibran segera bisa dieksekusi," ujar Andre.
Lebih lanjut Andre meyakini keinginan Prabowo membangun koalisi kuat dan efektif tidak mendapat resistansi dari partai politik di internal KIM.
"Semua solid dan tidak ada masalah, memang dari awal Pak Prabowo sudah menyampaikan syarat negara maju itu Indonesia itu harus guyub, elitnya harus bersatu itu pertama yang harus kita pahami bersama," ujar Andre.
Sejauh ini tidak semua partai di luar KIM dapat diterima oleh anggota KIM. PKS misalnya, mendapat pertentangan dari Partai Gelora.
Baca Juga: Anies Sebut PKS Berada di Persimpangan Jalan usai Putusan MK
Partai Gelora menilai kebijakan PKS bertolak belakang dengan agenda Prabowo-Gibran.
Salah satu contohnya, kebijakan PKS yang menolak perpindahan Ibu Kota dari DKI Jakarta ke Nusantara di Kalimantan Timur, walaupun sudah ada Undang-Undang (UU) tentang Ibu Kota Nusanatara (IKN).
Sekjen Partai Gelora Mahfuz Sidik mengatakan, pihaknya menolak bila PKS bergabung ke KIM yang mengusung pemerintahan Presiden dan Wakil Presiden terpilih Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Menurutnya, PKS dalam proses pencalonan Prabowo-Gibran kerap menyerang keduanya, sehingga tak elok bila mereka masuk ke dalam koalisi.
"Seingat saya selama proses kampanye, di kalangan PKS banyak muncul narasi sangat ideologis dalam menyerang sosok Prabowo-Gibran," ujar Mahfuz dalam keterangannya, Minggu (28/4/2024).
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.