JAKARTA, KOMPAS.TV - Direktorat Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri menggerebek pabrik narkoba milik jaringan Fredy Pratama di sebuah perumahan di Sunter, Jakarta Utara.
Direktur Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri Brigjen Pol. Mukti Juharsa mengatakan penggerebekan dilakukan setelah pihaknya bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC).
"Berawal laporan dari Bea Cukai Bandara Soekarno-Hatta, ada barang-barang yang masuk adalah bahan baku untuk narkoba, tetapi bukan prekursor," kata Mukti di Jakarta Utara pada Senin (8/4/2024).
Baca Juga: Sosok Bos Baru Jaringan Narkoba Fredy Pratama Ternyata Wanita Inisial L, Rekrut Eks Narapidana
Dari laporan tersebut, penyidik Direktorat Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri bersama Polres Jakarta Utara melakukan penyelidikan dan penyidikan selama 4 bulan.
Hasilnya, ditemukan pabrik yang menerima barang-barang kiriman bahan baku narkoba tersebut. Mukti mengungkapkan pabrik dari jaringan Fredy Pratama tersebut dijalankan oleh seseorang berinisial D.
"Awalnya, Fredy Pratama impor bahan baku dari Tiongkok, pabrik ini dijalankan oleh tersangka berinisial D, yang sudah kami jadikan DPO," ujar Mukti.
Mukti menjelaskan penggerebekan pabrik narkoba milik Fredy Pratama tersebut dilakukan pada Kamis (4/4/2024). Dari lokasi tersebut, sebanyak empat tersangka ditangkap yang berperan sebagai pembuat narkoba jenis ekstasi.
Sementara itu, Kepala Kantor Bea Cukai Soekarno-Hatta Gatot Sugeng Wibowo menjelaskan bahwa laporan yang mereka bagikan ke Bareskrim Polri bermula dari temuan pihaknya di bandara.
Baca Juga: Bikin Jaringan Baru untuk Edarkan Narkoba, Gembong Fredy Pratama Rekrut Anggota dari Eks Narapidana
Temuan itu yakni ada dua kiriman barang dari Tiongkok, masuk di akhir Desember 2023 dan akhir Januari 2024 dengan pengirim berinisial FA dan penerimanya yakni dua alamat berbeda. Rinciannya, satu beralamat di Grogol dan satunya lagi di Sulawesi.
"Total barangnya pigmen itu senyawa yang mungkin kimia untuk kebutuhan pertanian, pemberitahuan seperti itu, jadi totalnya 53 kg," katanya.
Setelah dibuka barang tersebut, lanjut dia, ternyata ada bongkahan warna kuning keputihan, kemudian dilakukan uji laboratorium milik Bea Cukai. Diketahui bahwa barang tersebut senyawa metilamin/HCL.
"Setelah kami telusuri, itu bahan baku pembuatan ekstasi," ujar Gatot.
Gatot mengatakan, bahwa pihaknya tidak bisa bekerja sendiri sehingga perlu kolaborasi dan komitmen untuk mengungkap tindak pidana narkoba yang terus berubah-ubah modusnya.
Baca Juga: Kawal Sabu Fredy Pratama, Eks Kasat Narkoba Polres Lampung AKP Andri Gustami Dituntut Hukuman Mati
"Dengan adanya kolaborasi tersebut, kemudian dikembangkan sampai 4 bulan lamanya, hingga ditemukan clandestine lab (laboratorium rahasia) di Sunter," tutur Gatot.
Dalam pengungkapan ini, sebanyak empat orang tersangka berinisial A alias D, R, C, dan G berhasil ditangkap.
Keempatnya merupakan residivis kasus yang sama, mantan kurir Fredy Pratama yang mencoba naik level menjadi pembuat narkoba.
Adapun keempat tersangka terindikasi jaringan Fredy Pratama karena memiliki komunikasi dengan bandar narkoba jaringan internasional itu melalui aplikasi BBM.
Laboratorium rahasia itu berada di rumah berlantai dua yang disewa oleh Fredy Pratama selama satu tahun, yang dimulai dari Januari 2024.
Dalam penggerebekan tersebut, disita barang bukti berupa 7.800 butir ekstasi yang berhasil dibuat di clandestine lab tersebut, bahan kimia dan uang tunai Rp34 juta.
Baca Juga: Terungkap Pegawai BNN Jadi Kurir Narkoba Jaringan Fredy Pratama, Terima Upah Capai Rp2,3 Miliar
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.