JAKARTA, KOMPAS.TV - Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menilai ada penggiringan opini yang menyebut perolehan suara PSI meroket.
Partai yang dipimpin anak Presiden Jokowi ini, menilai kenaikan suara bukan karena kecurangan atau pengelembungan suara, tapi sistem rekapitulasi suara (Sirekap) KPU (Komisi Pemilihan Umum) yang bermasalah.
Ketua DPP PSI Cheryl Tanzil menjelaskan jika dilihat secara nyata kenaikan suara PSI dari hasil perhitungan KPU hanya 0,6 persen.
Ia merasa heran kenaikan 2,5 persen menjadi 3,13 persen dalam kurun waktu sepekan dinilai sebuah lonjakan yang meroket.
"Ini ada penggiringan opini PSI meroket, padahal saya pantau per tanggal 2 ke tanggal 3 Maret PPP (Partai Persatuan Pembangunan) juga mengalami kenaikan suara cukup besar sekitar 40 ribu suara, kami juga punya data center yang memantau perolehan semua partai," ujar Cheryl dalam program Sapa Indonesia Pagi KOMPAS TV, Selasa (5/3/2024).
Baca Juga: Hasil Rekapitulasi Suara KPU Kota Semarang: PSI Masuk 3 Besar di Bawah PDIP dan Gerindra
Cheryl menambahkan, jika dihitung dengan angka pasti, kenaikan yang didapat PSI sangat kecil. Dalam kurun waktu delapan hari ada lima hari PSI mendapat kenaikan suara yang bagus.
Namun jika dilihat dari rata-rata kenaikan tersebut hanya 0,08 persen. Sejak perhitungan KPU dibuka PSI sudah mendapat 2,5 persen, berhenti di angka tersebut dan naik menjadi 3,13 persen.
"Sekarang 3,13 itu tidak naik lagi. Jadi kenaikan ini sangat super wajar dan saat ini rekapitulasi KPU masih berjalan, angka itu bisa naik turun. Jadi ini belum final," ujar Cheryl.
Lebih lanjut Cheryl juga heran penggiringan opini kenaikan suara PSI dibarengi dengan dugaan kecurangan yang terjadi.
Caleg PSI untuk DPR daerah pemilihan (Dapil) DKI Jakarta III ini mencontohkan di Dapil DKI Jakarta III, total pemilih atau Daftar Pemilih Tetap (DPT) ada 3,2 juta.
Baca Juga: Soal Suara PSI Meroket, Bawaslu: Belum Ditemukan Pelanggaran
Dalam perhitungan Sirekap KPU suara yang masuk sudah mencapai 50 persen lebih. Namun jika di total seluruh suara yang didapat caleg dari 24 partai politik peserta Pemilu 2024 baru mencapai 500 ribu suara.
Angka 500 ribu suara jauh dari 30 persen jumlah DPT yang ada di Dapil DKI Jakarta III. Di sisi lain Dapil DKI Jakarta II jumlah surat suara yang masuk Sirekap jauh lebih besar dari DPT.
Cheryl menilai hal ini bukan berarti ada kecurangan melainkan Sirekap KPU yang bermasalah.
Ia menambahkan PSI juga memiliki data yang merugikan partai, yakni adanya perbedaan hasil C-1 dengan Formulir D. Hal tersebut sudah dilaporkan ke Bawaslu.
"Lucunya semua nembak ke PSI seakan-akan ada kecurangan dan sebagainya. Ini tendensius ke kami dan masih ada 69 juta suara yang belum masuk Sirekap dan rekapitulasi KPU," ujar Cheryl.
Baca Juga: KIP Banda Aceh Mulai Rekap Suara Pemilu Tingkat Kota
"Di kami, ketika kami merasa ada yang merugikan partai kami, kami melaporkan resmi ke Bawaslu, bukan teriak-teriak di media, kami melakukan langkah sesuai prosedur yaitu lapor ke Bawaslu," pungkas Cheryl.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.