JAKARTA, KOMPAS.TV – Pihak Walhi Kalimantan Tengah telah mengecek ke Desa Tewai Baru, yang disebut sebagai lokasi penanaman jagung dan singkong untuk program food estate.
Direktur Walhi Kalimantan Tengah, Bayu Herinata, mengatakan, tadi pagi, Selasa (23/1/2024) dirinya telah mengecek langsung ke lokasi di Desa Tewai Baru.
“Kami baru tadi pagi dari lokasi dan mengecek, katanya ada pemberitaan, ada statement dari Menteri Pertanian bahwa mereka akan melakukan panen lima hektare singkong dan delapan hektare jagung,” jelasnya dalam dialog Sapa Indonesia Malam di KompasTV, Selasa.
Dari hasil verifikasi yang dilakukan pihaknya, jagung yang disebut-sebut akan dipanen tersebut dapat dikatakan tidak layak panen.
Baca Juga: Menteri LHK dan Mahfud MD Saling Jawab soal Data Deforestasi Hutan Indonesia
“Kami verifikasi di lapangan, itu bisa dibilang nggak layak untuk dipanen. Kondisinya memang dia sudah tua, jagung-jagung yang ditanam di polybag itu udah tua dan umurnya memang siap panen.”
“Tapi jagung yang dihasilkan itu tidak layak dipanen dan tidak layak konumsi juga. Diperkuat melalui statement mayarakat yang kami temui, kami wawancarai bahwa ini nggak bisa langsung dikonsumsi,” tambahnya.
Bahkan, jagung yang ditanam tersebut, kata Bayu, bukan merupakan bahan pangan yang bisa langsung dikonsumsi warga.
“Jagung yang ditanam ini bukan bahan pangan yang bisa langung dikonsumsi oleh masyarakat, khususnya untuk masyarakat yang ada di sana.”
Sebelumnya, dalam dialog tersebut, Bayu juga mempertanyakan data yang diberikan oleh Astrio Feligent Jubir Muda TKN Prabowo-Gibran.
“Saya nggak tahu juga basis datanya Mas Satrito dari mana. Yang disampaikan tadi memang benar ada penanaman yang dilakukan oleh Kementan setelah menteri yang baru datang ke Kalimantan Tengah, di Tewai.”
“Mereka mulai menanam lagi tepatnya pada 26 Oktober 2023 kemarin. Mereka menanam jagung dan memang benar itu di dalam polybag,” tegasnya.
Menurutnya, ada beberapa juga yang ditanami singkong, namun ia mengaku kurang paham luasan detailnya.
“Mungkin dua atau tiga blok, saya kurang paham berapa hektarnya.”
“Tapi kondisi itu sudah terjadi lebih dari dua tahun, saya bisa benarkan kalau lahan singkong itu mangkrak lebih dari dua tahun, karena mereka buka pertama di akhir 2020, terus ditanam, mereka buka 700 an hektare lebih, ditanam hampir 300,” bebernya.
Tapi, lanjut Bayu, selama tiga tahun terebut tidak ada singkong yang bisa dipanen karena tidak menghasilkan, jika pun ada singkongnya, kecil dan sangat sedikit jumlahnya.
Baca Juga: Presiden Jokowi Bagikan 3.000 Sertifikat Tanah saat Kunjungan Kerja di Grobogan
Dalam dialog itu, Astrio menyebut pihaknya merasa terlalu banyak tendensi, terutama dari paslon 01 dan 03 untuk melontarkan data-data yang tidak tepat dan tidak update terkait food estate.
“Misalnya adalah data yang dipakai di pertengahan tahun atau awal 2023. Ketika dibilang singkongnya tidak tumbuh, ketika dibilang tidak ada jagungnya di dalam polybag.”
Ia mengakui bahwa singkongnya sempat tidak tumbuh ketika di 2020 terjadi pandemi Covid-19.
Saat itu, menurutnya program Food Estate tertunda selama lebih dari dua tahun karena pandemi covid dan sedang dilakukan proses land treatment.
“Tetapi per akhir tahun, quarter keempat 2023 proses penanaman sudah dimulai dengan tujuh hektare jagung dan tiga hektare singkong.”
“Oleh karena itu untuk mencegah debat ini menjadi debat kusir, kami juga ingin mengundang justru pihak-pihak yang mengkritisi untuk hari ini, atau besok, atau mingu ini, untuk datang ke Desa Towai Baru,” tambah Astrio.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.