JAKARTA, KOMPAS TV - Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan atau PDIP Hasto Kristiyanto menanggapi penampilan cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka dalam debat antar cawapres pada Minggu (21/1/2024).
Hasto sependapat dengan pernyataan cawapres nomor urut 3 Mahfud MD yang menilai pertanyaan Gibran dalam debat tak penting atau recehan.
Menurut dia, masyarakat bisa melihat akibat keputusan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Anwar Usman yang meloloskan Gibran bisa menjadi cawapres, sehingga usia 40 tahun merupakan syarat mutlak untuk menjadi capres dan cawapres.
Baca Juga: Gibran Respons Mahfud soal Pertanyaan Receh di Debat Cawapres
"Sehingga ini menunjukkan lagi-lagi bahwa kedewasaan seseorang itu menjadi sangat penting," kata Hasto usai debat cawapres di gedung JCC Senayan, Jakarta Pusat, Minggu.
"Maka kami berpikir, oh ternyata keputusan Mahkamah Konstitusi ketika melakukan rekayasa hukum oleh Paman Mas Gibran, itu ternyata berdampak bahwa usia 40 tahun itu ternyata sangat menentukan kedewasaan seseorang," ujarnya.
Selain itu, kata Hasto, dirinya juga setuju dengan pernyataan cawapres nomor urut 1 Muhaimin Iskandar atau Cak Imin.
"Maka kemudian Cak Imin memberikan sindiran kepada Mas Gibran. Pak Gibran ini berbicara sebagai seorang pemimpin tentang suatu policy atau kebijakan. Bukan teka-teki silang. Sehingga greeninflation itu tidak dikaitkan apa dengan kepentingan rakyat, apa dengan kepentingan nasional kita," katanya.
Sebelumnya, Mahfud MD enggan merespons tanggapan cawapres nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka, atas jawabannya untuk pertanyaan greenflation atau inflasi hijau.
Mulanya Gibran bertanya kepada Mahfud mengenai bagaimana cara mengatasi inflasi hijau.
"Bagaimana cara mengatasi greenflation? Terima kasih," tanya Gibran singkat dalam debat cawapres kedua di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Minggu (21/1/2024).
Moderator lalu mengatakan masih ada waktu bagi Gibran dan memintanya untuk menjelaskan terminologi yang dia gunakan.
"Tadi tidak saya jelaskan karena kan beliau (Mahfud) profesor. Greenflation adalah inflasi hijau, sesimpel itu," kata Gibran.
Menanggapi pertanyaan tersebut, Mahfud menjawab tentang ekonomi hijau dan pemanfaatan produk pangan.
"Untuk mengatasi inflasi hijau, apa sih inflasi hijau? Itu kan ekonomi hijau. Itu adalah ekonomi sirkular di mana sebuah proses pemanfaatan produk ekonomi. Misalnya pangan atau produksi apa pun, diproduksi kemudian dimanfaatkan di-recycle bukan dibuat jadi bukan barang itu lalu dibiarkan mengganggu ekologi," ujarnya.
"Kalau untuk mengatasi inflasi itu tentu yang paling gampang kebijakan-kebijakan. Diatur saja jatahnya di sini kan harus ada data, kecenderungannya di sini. Kebijakannya harus begini. Itulah yang kita pahami tentang ekonomi hijau, ya inflasi hijau dan sebagainya dan sebagainya," ucapnya.
Ia menambahkan, banyak hal yang harus dilakukan karena menurutnya, ukuran kemajuan ekonomi Indonesia selalu diukur dari lima hal.
"Misalnya pertumbuhan, kemiskinan, ketimpangan dan dua lainnya tetapi ada satu yang harus ditambahkan yaitu emisi," ujar Mahfud.
Merespons jawaban Mahfud, Gibran justru menyatakan Menko Polhukam tersebut tidak menjawab pertanyaan yang dia lemparkan.
"Saya lagi nyari jawabannya Prof Mahfud. Saya nyari-nyari di mana ini jawabannya kok nggak ketemu jawabannya. Saya tanya masalah inflasi hijau kok malah menjelaskan ekonomi hijau," ujar Gibran.
Dia mengatakan pertanyaanya tak dijawab dan menyebut Mahfud malah membahas ekonomi sirkular.
"Prof Mahfud yang namanya inflasi hijau itu, kita kasih contohnya simpel aja demo rompi kuning di Prancis bahaya sekali memakan korban. Ini harus kita antisipasi jangan sampai terjadi di Indonesia. Kita belajar dari negara maju. Negara maju aja masih ada tantangan-tantangan. Intinya transisi menuju energi hijau itu harus berhati-hati jangan sampai malah membebankan," ucapnya.
"Jangan sampai membebankan proses transisi yang mahal ini kepada masyarakat kepada rakyat kecil itu. Maksud saya, inflasi hijau, Prof Mahfud," ujarnya.
Ketika dia diminta menanggapi pernyataan Gibran tersebut, Mahfud justru enggan menanggapinya. Pasalnya, menurutnya, pernyataan Wali Kota Solo tersebut ngawur dan tak penting.
Baca Juga: Dalam Debat Cawapres, Mahfud MD Sebut Food Estate Gagal: Rugi Dong Kita
"Saya juga ingin mencari tahu jawabannya ngawur juga ngarang-ngarang enggak karuan. Mengaitkan dengan sesuatu yang tidak ada gitu," ucap Mahfud.
"Kalau akademis itu gampangnya kalau bertanya yang kayak gitu-gitu itu recehan. Sebab itu tidak layak dijawab pertanyaan kayak gini. Tidak ada jawabannya, tidak ada gunanya menjawab," ujarnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.