“Karena itulah kita ingin perubahan, dan perubahan yang kita perjuangakan adalah perubahan bukan untuk sekelompok orang tapi untuk Indonesia adil makmur bagi semua,” ujarnya.
Pada kesempatan itu, Anies juga mengatakan bahwa untuk melakukan perubahan diperlukan kewenangan. Ia pun mencontohkan penutupan Alexis di Jakarta saat dirinya menjabat gubernur.
“Perubahan membutuhkan kewenangan. Tanpa kewenangan kita tidak bisa melakukan perubahan, harus ada kewenangan,” tuturnya.
“Di Jakarta dulu ada satu tempat namanaya Alexis. Nah, ini tempat maksiat. Diprotes, didemo, tidak pernah bisa ditutup.”
Lalu, lanjut Anies, pada tahun 2017 terjadilah perubahan gubernur, dan Alexis yang nampaknya sangat kuat tersebut berhasil ditutup.
Baca Juga: TPN Ganjar-Mahfud: Jokowi Tidak Bisa Lagi Jadi Teladan, Sudah Rusak Demokrasi
“Lalu, terjadi perubahan gubernur di tahun 2017 ada gubernur baru, dan apa yang terjadi? Alexis yang nampaknya sangat kuat itu bisa ditutup cukup dengan selembar kertas dan sebuah tanda tangan.”
“Itu namanya kewenangan,” kata Anies.
Kepada para hadirin, Anies juga menanyakan, apakah mereka hadir ke tempat itu karena bayaran atau karena panggilan hati, yang dijawab bahwa mereka hadir karena panggilan hati.
Anies kemudian menyatakan bahwa uang atau bayaran dapat mendatangkan orang ke suatu lokasi, namun tidak mampu membangkitkan semangat.
“Memang rupiah bisa mendatangkan orang, tapi mereka tidak bisa membangkitan semangat seperti yang ada di ruangan ini,” kata dia.
“Ada banyak yang bisa mengumpulkan orang pakai rupiah, tapi tidak bisa semangat seperti yang ada di tempat ini. Di sini bukan orang-orang bayaran, di sini adalah pejuang-pejuang perubahan.”
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.