JAKARTA, KOMPAS.TV - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Didik J. Rachbini mengenang sosok mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli yang wafat pada Selasa (2/1/2024) malam.
Ia pun teringat saat suatu pagi ketika Rizal Ramli masih menjabat Menteri Koordinator Perekonomian menelponnya untuk memberi apresiasi dan respek terhadap muatan ide di dalam tulisannya di harian Kompas tentang utang Luar Negeri.
"Dulu jaman Orde Baru, kita tergantung kepada Utang Luar negeri sehingga ada sisi kurang berdaulat dan ada nuansa didekte dalam kebijakan ekonomi. Saya sudah tidak ingat keseluruhan ide dari tulisan tersebut karena hari-hari berikutnya selalu ada saja artikel yang harus saya tulis," ujar Didik dalam keterangan tertulis, Rabu (3/1).
Setelah itu, dia pun membaca kembali tulisannya. Menurut Didik, muatan tulisan itu cukup mendalam dan kritis.
Di sisi lain Didik menyebut dirinya dan Rizal memiliki komunikasi bersifat akademik, intelektual sampai yang bersifat pribadi.
Seba itu, dia memahami betul gejolak di dalam dirinya untuk terus mengobarkan tidak hanya hal akademik dan riset, tetapi juga gerakan yang terus menonjol dalam aktivitasnya sehari-hari.
"Pengalaman pribadi lain sejak pertengahan 1990-an, Rizal Ramli mendirikan lembaga Think Tank ECONIT yang terkenal, saya dan rekan-rekan mendirikan lembaga think Tank lain yaitu INDEF," ucapnya.
Adapun dua lembaga tersebut didirikan bersamaan pada masa Orde Baru. Di mana pada masa itu, monopoli kebenaran hanya ada di kelompok ekonom pemerintah.
"Kini RR (Rizal Ramli) sudah meninggalkan kita. Siapa tidak kenal Rizal Ramli tokoh yang masa mudanya tumbuh dalam gerakan dan ranah intelektual," tegasnya.
Baca Juga: Kenang Rizal Ramli, Jusuf Kalla: Saya Sering Beda Pendapat Dengannya, tapi Kami Tetap Bersahabat
Menurut Didik, Rizal Ramli akhir-akhir ini menonjol melakukan gerakan opposisi untuk melawan praktik anti demokrasi di dalam kekuasaan.
Sepanjang hayatnya, lanjut dia, Rizal Ramli tidak pernah berhenti untuk menjaga demokrasi dengan caranya dan melakukan melakukan koreksi terus-menerus bahkan ketika demokrasi remuk redam seperti sekarang ini.
"Check and Balances di dalam demokrasi formal parlemen mati, Rizal Ramli tampil ke depan sehingga marwah demokrasi yang jatuh masih terlihat ada dinamika," ucapnya.
Lebih lanjut Didik menuturkan, Rizal Ramli sebagai tokoh gerakan memilih berada di luar dengan kapasitasnya sebagai ekonom, intelektual, yang berbicara dengan data dan fakta ekonomi politik.
"RR merasa tidak memerlukan baju partai karena dianggap tidak memadai untuk menjaga apalagi mendorong demokrasi. Jadi banyak orang yang tetap melihat figur RR adalah tokoh yang berpengaruh dalam menjaga demokrasi," jelasnya.
Selama hidupnya, kata dia, Rizal Ramli hanyut di dalam arus gerakan, yang menjadikan rumahnya markas diskusi dan sekaligus gerakan.
"Itu semua untuk satu tujuan kontrol terhadap demokrasi. Karena tidak hendak masuk ke alam sistem dan tetap menempatkan dirinya di luar, maka gerakannya terus-menerus dan selamanya menjadi opposisi kritis, bahkan sangat kritis," tegas Didik.
Baca Juga: Mahfud MD Kenang Sosok Rizal Ramli: Sahabat Perjuangan yang Bisa Saling Dukung dan Mengkritik
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.