"Makanya saling diam, saling dingin, dan terkesan keduanya mencoba untuk merajut kembali hubungan politiknya supaya tetap hangat dan tetap mesra," imbuhnya.
Baca Juga: Puan Pilih Fokus Menangkan Ganjar-Mahfud daripada Pikirkan Status Gibran dan Bobby di PDIP
Adi mengatakan bahwa Jokowi dan PDIP saling mempunyai strategi komunikasi politik agar tidak dirundung publik dan kehilangan pemilih atau suara di Pilpres 2024.
"Kalau misalnya Jokowi terkesan keluar dari PDIP, akan ada feedback (timbal balik -red) kurang baik, ada narasi yang pastinya muncul ke publik bahwa Jokowi meninggalkan PDIP menjelang pemilu. Tentu itu tidak kondusif," urainya.
Pada saat yang bersamaan, sambung Adi, apabila PDIP mengeluarkan Jokowi sebagai kader, akan muncul efek negatif kepada partai yang dipimpin oleh Megawati Soekarnoputri itu.
"Seakan-akan PDIP ini tidak demokratis dan tidak memberikan ruang yang cukup luar biasa kepada kader terbaik mereka, Pak Jokowi," sambungnya.
"Khawatir ada playing victim yang akan muncul kepada publik soal siapa yang dizalimi," tegasnya.
Sebelumnya, Presiden Jokowi enggan menjawab pertanyaan wartawan soal isu PDIP kecewa dengan dirinya yang beda sikap terkait Pilpres 2024.
"Saya nggak ingin mengomentari," jawab Jokowi di Gianyar, Bali pada 31 Oktober 2023.
Sementara itu, Ketua DPR RI Puan Maharani mengatakan pertemuannya dengan Presiden Jokowi belakangan ini merupakan pertemuan resmi sebagai aparat negara.
"Kalau pun nanti ada sisi yang bukan Ketua DPR dan Presiden, ya tentunya kami akan selalu melakukan itu (komunikasi -red). Buat saya, silaturahmi dengan semua pihak itu akan sangat penting, apalagi menjelang pesta demokrasi atau Pemilu yang akan datang," ucap Puan, Selasa (21/11/2023).
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.