Bukan hanya pasangan Anies-Muhaimin, menurut Yunarto, tidak menutup kemungkinan pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD juga memperoleh limpahan suara dari basis pemilih yang tidak setuju dengan majunya Gibran sebagai bakal cawapres Prabowo.
“Di satu sisi, Mas Ganjar juga berpeluang untuk kemudian mendapatkan basis pemilih kritis yang tadinya misalnya merasa lebih yakin dengan Pak Prabowo karena isu petugas partai dari Mas Ganjar atau tidak sukanya dengan PDI Perjuangan.”
“Tapi, dengan offside-nya pilihan atau direstuinya Mas Gibran sebagai cawapres, bukan tidak mungkin itu akan membuat pemilih yang tadinya tidak ke Mas Ganjar justru kembali ke Mas Ganjar,” beber Yunarto.
Dalam dialog tersebut, dia juga menjelaskan analisisnya terkait kemungkinan putusan Mahkamah Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK) soal putusan MK yang mengenai batas usia capres-cawapres, akan mempengaruhi elektabilitas pasangan capres-cawapres.
Ia menilai ada dua kemungkinan putusan MKMK, yakni membatalkan putusan MK atau pemberian hukuman kepada hakim yang dianggap melanggar kode etik.
“Kalau kita mendengar sepertinya tidak mutlak atau ruangnya sangat kecil untuk terjadinya pembatalan keputusan,” jelasnya.
Baca Juga: Golkar Tanggapi PDIP yang Sebut Prabowo-Gibran Cerminan Neo Orba
Namun, apa pun putusan MKMK, ia berpendapat citra negatif tentang dinasti politik dan nepotisme sudah telanjur muncul.
“Kemudian di level persepsi memang ada PR yang harus diselesaikan oleh Pak Prabowo dan Mas Gibran.”
“Semoga tidak kemudian diselesaikan dengan intervensi kekuasaan berupa mobilisasi yang kita ketahui sangat mungkin dilakukan mengingat Pak Jokowi masih menjadi presiden,” ungkapnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.