“Guna mengurangi ketergantungannya, bukankah kita memiliki 10 sumber pangan lainnya, yaitu hanjali, jagung, pisang, porang, sagu, singkong, sorgum, sukun, talas, dan ubi jalar yang tentunya kalau diolah dan di-backup oleh Badan Riset Inovasi Nasional kita ini, bisa mensubstitusi gandum.”
Ia menyebut jika penerapan bea masuk impor gandum tersebut dapat diterapkan, di masa transisi, maka hasilnya bisa digunakan untuk menambah biaya riset untuk produk substitusi gandum.
“Maka dana yang ada bisa dipergunakan juga untuk menambah biaya riset teradap produk substitusi gandum.”
Sebelumnya, dalam pidato yng sama, ia mengatakan bahwa konsumsi gandum telah meningkat signifikan dari 4 persen pada tahun 1970 menjadi 28 persen pada tahun 2022.
Padahal, lanjut Megawati, dirinya telah mendapat tugas dari Presiden Jokowi untuk berkiprah di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
“Ternyata tanaman gandum itu bukanlah tanaman yang dapat tumbuh di alam tropis, kecuali kalau ada rekayasa genetika.”
“Namun tentunya kita akan tahu uji coba ini akan memakan waktu lama. Akibatnya Indonesia akan mengalami ketergantungan,” tambahnya.
Baca Juga: Ekspresi Ganjar Saat Dengar Pantun Megawati di Rakernas PDIP
Ia juga menjelaskan, berdasarkan peprkiraan, konsumsi gandum Indonesia akan terus meningkat menjadi 50 persen pada tahun 2030.
“Konsumsi gandum diperkirakan akan meningkat menjadi 50 persen pada tahun 2030.”
“Ketergantungan pada suplai pangan dunia juga nampak pada impor pangan yang mencapai lebih dari Rp300 triliun per tahun,” jelasnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.