Adi mengatakan, fenomena penetapan Kaesang sebagai Ketum PSI ini menunjukkan kegagalan kaderisasi parpol.
Sejauh ini, kata dia, mayoritas kader parpol tidak diminati publik. Oleh karena itu, figur sentral parpol umumnya tidak berganti dari waktu ke waktu.
Dalam konteks tersebut, tambah Adi, parpol mencari jalan pintas untuk mengoptimalkan perolehan suara di pemilu. Hal itu pula yang dilakukan PSI dengan bergabungnya Kaesang. Apalagi, parpol ini tak lolos ambang batas parlemen saat mengikuti Pemilu 2019.
“Jelas ini jalan pintas lolos ke Senayan. PSI mencari figur populer dan memiliki back up politik mentereng seperti Kaesang yang notabene anak Presiden,” ujar Adi, dilansir dari Harian Kompas.
Baca Juga: Pengamat Lingkar Madani: Kaesang Jadi Ketum PSI Hal Paling Menggelikan dalam Dinamika Politik
Sebelumnya, Kaesang mengakui privilese sebagai anak Presiden Jokowi menjadi salah satu faktor yang mendorong penetapannya sebagai Ketum PSI.
"Oh privilese, privilese selalu ada. Sudah begitu saja," kata Kaesang dalam acara Kopdarnas: Deklarasi Politik PSI di Djakarta Theater, Jakarta, Senin (25/9/2023) malam.
"Ya, privilese, lah, saya mengiyakan. Kok masih diulang lagi?" tegasnya.
Ia pun mengaku terinspirasi memasuki gelanggang politik dari ayahnya. Ia menyebut, rekam jejak Jokowi itu meyakinkan dirinya bahwa kekuasaan bisa membawa kebaikan apabila dipegang oleh orang yang tepat.
“Jujur, saya masuk politik inspirasinya adalah bapak saya sendiri. Saya ingin mengikuti jejak beliau, berpolitik untuk kebaikan,” ujarnya.
Sumber : Kompas TV, Kompas.id
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.