Jika semua hal difasilitasi dan dimudahkan, lanjut dia, ia khawatir sang anak jadi tidak berkembang dan menganggap segala sesuatu bisa diperoleh secara instan.
“Anaknya nanti tidak berkembang. Nanti dia menganggap sesuatu itu bisa instan, padahal kan proses itu adalah yang paling penting.”
Rosi kemudian menanyakan, ketika orang tua sudah sukses dengan kekayaan, bukankah privillege bisa diberikan untuk menggantikan perhatian mereka.
Dengan tegas Atikoh menjawab bahwa dirinya tidak mau hal semacam itu terjadi. Bahkan, menurutnya, Alam merupakan anak yang low maintenance.
“Saya nggak mau. Justru sekarang jadi terjawab ya, dia ini sangat low maintenance. Nggak pernah jajan, sampai emaknya itu bilang kamu tasnya itu dari SD sampai SMA belum ganti. ‘(Dia jawab) masih bisa dipakai bunda’.”
Jawaban yang sama disampaikan oleh Alam. Ia menyebut dirinya tidak memerlukan kompensasi berupa privillege karena perhatian kedua orang tuanya sangat mencukupi.
“Mengutip dari Mbak Rosi tadi ya, itu kan sebagai kompensasi orang tuanya menghilangkan waktu untuk bersama anaknya, tapi kan bapak dan ibu nggak,” kata Alam.
Baca Juga: Tanya Jawab Ganjar Pranowo Usai Ketemu Pendukung di Jakarta, Apresiasi Kerja Militan Relawan
Alam kemudian mencontohkan sang ayah yang menurutnya akan selalu pulang ke rumah semalam apa pun itu, agar bisa tidur bersama keluarga.
“Selalu pulang semalam apa pun, setidaknya bisa tidur dengan keluarga. Itu kan tidak perlu dikompensasikan dengan hal lain, perhatian sebesar itu.”
“Contoh, ibu waktu masih di Pemprov DKI, saya kan SD, itu kita rumah sempat di Cibubur, ibu kantornya di Gunung Sahari, itu berangkat jam setengah lima, pulang mungkin jam sembilan malam. Itu ibu setelah pulang masih ngajarin saya buat belajar, soal latihan, dan lain-lain,” bebernya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.