JAKARTA, KOMPAS.TV - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) meminta masyarakat untuk tidak menyalakan api di tempat terbuka karena rawan memicu terjadinya kebakaran hutan dan lahan.
Seperti yang terjadi di kawasan Bromo, Jawa Timur, yang kebakaran akibat penggunaan suar atau flare untuk sesi foto pranikah.
"Dengan situasi El Nino, kami berharap masyarakat tidak menyalakan api di tempat terbuka kerena berpotensi menyebabkan kasus kebakaran hutan dan lahan," kata Direktur Jenderal Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan KLHK Rasio Ridho Sani, seperti dikutip dari Antara, Jumat (8/9/2023).
Menurutnya, ada tiga faktor penyebab kebakaran hutan dan lahan, yaitu kondisi lingkungan yang sudah buruk, cuaca ekstrem, dan manusia. Di Indonesia, 99 persen kasus kebakaran hutan dan lahan di Indonesia ini terjadi karena faktor manusia.
Ia pun mengingatkan adanya ancaman sanksi bagi pelanggar. Yaitu maksimal 10 tahun penjara dan denda Rp10 miliar.
Baca Juga: Kemarau Melanda, Begini Usaha Kostrad Bantu Warga Distribusi Air dari Gunung Salak
Rasio menegaskan, pihaknya juga dapat mengajukan gugatan perdata tanggung jawab mutlak terkait kebakaran hutan dan lahan di lokasi-lokasi konsesi maupun lokasi lain.
"Kami pernah melakukan penegakan hukum terhadap kasus penggunaan kembang api di Taman Nasional Komodo. Pelakunya sudah dihukum," ujar Rasio.
Di sisi lain, pemerintah Indonesia juga terus berupaya untuk menekan dampak kekeringan, serta mengatasi kasus kebakaran hutan dan lahan gambut. Yakni dengan menyemai 176,48 ton garam untuk menurunkan hujan buatan melalui operasi teknologi modifikasi cuaca.
"Secara keseluruhan, April 2023 sampai saat ini, sudah dilakukan 206 sortie penyemaian dengan total garam 176,48 ton," kata Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan KLHK Thomas Nifinluri, dikutip dari Antara.
Baca Juga: Kantor Mahfud, Luhut, Airlangga, dan Muhadjir di IKN Mulai Bisa Dipakai Agustus 2024
Thomas menuturkan, 176,48 ton garam itu telah disemai ke tujuh provinsi. Rinciannya, Provinsi Riau sebanyak 56 sortie penyemaian dengan total garam 50,4 ton; Provinsi Sumatera Selatan dan Jambi sebanyak 55 sortie dengan total penyemaian 47,2 ton; dan Provinsi Nusa Tenggara Timur ada 16 sortie teknologi modifikasi cuaca dengan total garam disemai sebanyak 11 ton.
Kemudian Provinsi Kalimantan Barat sebanyak 49 sortie penyemaian dengan total garam 45,48 ton; Provinsi Kalimantan Selatan sebanyak 15 sortie teknologi modifikasi cuaca dengan penyemaian garam 12 ton; dan Provinsi Kalimantan Tengah sebanyak 15 sortie teknologi modifikasi cuaca dengan total garam disemai 12 ton.
Sebelumnya, KLHK mencatat jumlah titik panas atau hot spot di Indonesia telah mencapai 3.788 titik panas per 5 September 2023.
Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar mengatakan, jumlah itu mengalami peningkatan signifikan hingga tiga kali lipat bila dibandingkan data tahun lalu yang hanya terdapat 979 titik panas.
“Saya selalu deg-degan di antara tanggal 6 September sampai 16 September. Pengalaman selama delapan tahun, itu adalah tanggal puncak,” ujarnya dalam rapat kerja dengan Komisi IV DPR di Jakarta, Rabu (6/9/2023).
Baca Juga: Imbas Karhutla di Gunung Arjuno, Jalur Pendakian dan Wisata Ditutup
KLHK melaporkan 10 provinsi rawan kebakaran hutan dan lahan, yaitu Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, dan Papua juga mengalami peningkatan titik panas.
Sejak 1 Januari 2023 hingga 5 September 2023, jumlah titik panas pada 10 provinsi rawan tersebut telah mencapai 2.608 titik panas. Angka itu meningkat lima kali lipat dari tahun lalu yang hanya berjumlah 441 titik panas.
Sumber : Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.