JAKARTA, KOMPAS.TV - Fauziah, ibunda korban pembunuhan yang diduga dilakukan oleh anggota Pasukan Pengamanan Presiden atau Paspampres, menceritakan momen saat dirinya mengetahui kematian anaknya, Imam Masykur (25).
"Ibu sempat pergi ke Jakarta, mencari anak ibu yang belum ketemu. Sampai ibu ke Jakarta, beberapa hari baru ada informasi bahwa anak ibu sudah meninggal, dari polisi," kata Fauziah dalam dialog Sapa Indonesia Pagi KOMPAS TV, Selasa (29/8/2023).
Dia pun mengaku pernah mendatangi rumah sakit tempat jenazah Imam berada. Namun ia tak sanggup membuka penutup jenazah anaknya itu.
"Iya, ke rumah sakit datang, tapi ibu nggak sampai hati membuka, menengok wajah dan badan anak ibu, nggak sanggup," ungkapnya.
Sebelum datang ke Jakarta, Fauziah mengaku menerima telepon dari anaknya yang meminta kiriman uang sebesar Rp50 juta.
Setelah menerima telepon dari sang anak, dia mengatakan berupaya mencari pinjaman uang kepada saudara-saudaranya.
Akan tetapi, sebelum uang sempat terkumpul, ia tak pernah mendapatkan telepon dari Imam Masykur lagi.
"Sempat kami mengupayakan, minta-minta uang ke saudara-saudara kami," urainya.
"Belum sempat terkumpul, putus hubungan, nggak ada telfon-telfon lagi," imbuhnya.
Baca Juga: Ibu Korban Kasus Pembunuhan Terduga Paspampres Tak Tahu Anaknya Punya Masalah di Jakarta
Ia pun mengaku tak memiliki kecurigaan atau firasat apa pun terkait kondisi anaknya di Jakarta.
"Menurut feeling, anak ibu orang baik. Nggak ada masalah apapun," kata warga Aceh ini.
Saat ditanya, apakah ada kecurigaan anaknya punya masalah dengan anggota TNI maupun Paspampres, Fauziah mengatakan tak ada.
"Tidak, tidak ada," jawab warga Desa Mon Keulayu, Kecamatan Gandapura, Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh itu.
Ia mengaku hanya mengetahui anaknya membuka usaha kosmetik di Jakarta.
"Pertamanya dia jualan sama orang. Baru beberapa bulan dia punya sendiri," kata Fauziah.
Belakangan, ia baru mengetahui anaknya menjadi korban pembunuhan yang diduga dilakukan tiga anggota TNI, bahkan satu di antaranya merupakan anggota Paspampres.
Baca Juga: Bukan Menganiaya Warga, Ini Tugas Sebenarnya Paspampres Menurut Peraturan Pemerintah
Atas peristiwa ini, Fauzian pun berharap penegak hukum mengadili para pelaku dan menghukum mereka dengan hukuman setimpal.
"Kami berharap sama TNI sama pemerintah supaya diadili yang seadil-adilnya, setimpal dengan apa yang sudah diperbuat kepada keluarga kami, kepada anak kami," terangnya.
Ia pun menegaskan, pihak keluarga korban tak menerima permohonan maaf para pelaku.
Sebagaimana telah diberitakan sebelumnya, Imam Masykur merupakan warga Aceh yang diduga diculik dan dianiaya hingga tewas oleh tiga anggota TNI di Jakarta.
Tiga terduga pelaku berinisial Praka RM, Praka HS, dan Praka J pun telah diamankan oleh satuan masing-masing pada Rabu (23/8/2023).
Praka RM merupakan petugas Batalyon Pengawal Protokoler Kenegaraan, sedangkan Praka HS adalah anggota Direktorat Topografi TNI Angkatan Darat dan Praka J merupakan anggota TNI di Kodam Iskandar Muda.
Identitas tiga terduga pelaku diketahui setelah penyidik melacak telepon seluler milik korban yang dijual Praka RM.
Komandan Polisi Militer Kodam Jaya (Danpomdam Jaya) Kolonel CPM Irsyad Hamdie Bey Anwar mengungkapkan, motif pelaku menganiaya korban hingga tewas adalah untuk mendapatkan uang.
"(Motifnya) pemerasan," tuturnya, Senin (28/8/2023), dikutip dari Kompas.com.
Atas tindak kejahatan tersebut, pihaknya memastikan akan memberikan sanksi hukum pidana dan penjara militer.
"Sanksinya hukum pidana dan pidana militer dengan pemecatan," lanjutnya.
Menurut Irsyad, tiga terduga pelaku menangkap Imam Masykur (25) dengan modus berpura-pura menjadi aparat kepolisian.
"Pelaku berpura-pura sebagai aparat kepolisian yang melakukan penangkapan terhadap korban karena korban diduga pedagang obat-obat ilegal (seperti) Tramadol dan lain-lain," kata Irsyad.
Korban, kata dia, merupakan penjual obat-obatan ilegal dengan kedok toko kosmetik yang berlokasi di Jalan Sandratek, RT 02 RW 06, Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan.
"Setelah ditangkap, dibawa dan diperas sejumlah uang," jelas Irsyad.
Sumber : Kompas TV, Kompas.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.