JAKARTA, KOMPAS.TV - Presiden Keenam Republik Indonesia (RI) Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menentang gagasan yang menyatakan bahwa demokrasi suatu bangsa harus dikorbankan demi peningkatan ekonomi serta keamanan nasional sebuah negara.
Melalui Pidato Kebudayaannya pada Kamis (24/8/2023) malam di Taman Ismail Marzuki, SBY mengungkapkan lima mitos terkait bangsa Indonesia, dua di antaranya mengenai pembangunan negara.
Ia mengutip tiga buku, yakni "Manusia Indonesia" karya Muchtar Lubis, kemudian "Pribumi Malas" karya Syed Hussein Alatas, dan "Asian Drama" karya Gunnar Karl Myrdal.
Menurut buku-buku tersebut, bangsa Indonesia dinilai sebagai bangsa yang hipokrit, munafik, enggan bertanggung jawab, dan sebagainya.
Lantas, ia juga mengungkapkan dua mitos terkait pembangunan negara yang menurut dia muncul pada masa Orde Baru.
"Ini belum lama sebetulnya menghinggapi cara pikir kita bangsa Indonesia, karena muncul atau lahir pada masa Orde Baru," jelasnya, Kamis (24/8/2023) malam dipantau dari Live Report Kompas TV.
Baca Juga: SBY Singgung soal Peningkatan Ekonomi pada Eranya, Klaim Demokrasi Indonesia Terjaga Baik
SBY mengungkapan mitos yang mengatakan bahwa bangsa-bangsa berkembang, termasuk Indonesia, harus mengorbankan demokrasi demi kesejahteraan dan stabilitas nasional.
"Ingin sejahtera, ekonominya maju, ya nomor duakan demokrasi. Itu mitos," tegasnya.
Kedua, ia menekankan bahwa mengorbankan demokrasi untuk menjaga stabilitas negara juga merupakan mitos.
"Kalau bangsa kita mau tentram, aman, stabil, ya kurangi kebebasan, kontrol kebebasan, seolah-olah kita harus memilih stabilitas atau keamanan yang baik atau kebebasan yang bisa merusak stabilitas dan keamanan," terangnya.
"Ini dua mitos yg ada di negeri ini, di masyarakat kita yang berlangsung berpuluh-puluh tahun, seolah-olah kita tidak bisa dua-duanya," imbuhnya.
Menurut SBY, mitos tersebut tidaklah benar. Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat itu lantas mengenang pertumbuhan ekonomi pada masa pemerintahannya.
Baca Juga: SBY Beberkan Sejumlah Mitos Bangsa Indonesia, Klaim Sudah Patahkan 2 Saat Memimpin
"Ketika saya bersama teman-teman mendapatkan amanat dari rakyat untuk memimpin Indonesia, saya kira masih ingat, ekonomi kita tumbuh baik, 6 persen, demokrasi kita terjaga baik," ungkap SBY disambut tepuk tangan para hadirin.
Ia mengaku berdebat dengan berbagai pakar maupun politisi di berbagai negara bahwa Indonesia bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi tanpa mengorbankan demokrasi.
"Saya berdebat dengan siapa pun, dari negara mana pun, pakar mana pun, politisi mana pun, bahwa Indonesia bisa menghadirkan dua-duanya (demokrasi dan ekonomi -red), demikian juga stabilitas dengan keamanan, freedom/kebebasan," tuturnya.
Ia mengeklaim, tidak ada pihak yang dikekang maupun yang dikontrol pada masa pemerintahannya yang berjalan selama dua periode, 2004-2009 dan 2009-2014.
"Artinya dua mitos ini jangan lagi jadi alasan apa pun, oleh pihak mana pun, untuk memaksakan sesuatu yang tentu bukan itu yang patut kita pilih di bumi Indonesia ini," jelasnya.
"Eranya telah datang, jangan kita terbelenggu oleh mitos, jangan lagi kita dihantui oleh mitos itu. Bebaskan, patahkan," tegasnya.
Menurut SBY, Indonesia bisa menghadirkan ekonomi dengan demokrasi serta stabilitas dan keamanan dengan kebebasan.
"Kita bisa hadirkan ekonomi untuk kesejahteraan rakyat dengan demokrasi," ujarnya.
"Stabilitas dan keamanan nasional dengan kebebasan, penghormatan kepada hak-hak asasi manusia," terangnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.