Masker yang efektif adalah yang memiliki kemampuan filtrasi PM2.5 di atas 50 persen.
Masker N95 dan KN95 termasuk dalam kategori ini. Masker bedah masih memiliki filtrasi PM2.5 sekitar 50 persen, sedangkan masker kain tidak direkomendasikan karena partikel PM2.5 dapat menembus permukaan masker kain.
"Kalau masker kain, tidak direkomendasikan," kata Syahril dikutip dari Kompas.com.
Baca Juga: Sebagian ASN di Jakarta Wajib WFH Mulai Hari Ini Demi Tekan Polusi Udara, Begini Kata PJ Gubernur
Syahril menjelaskan bahwa polusi udara mengandung oksidan yang bersifat toksik.
Indeks kualitas udara di atas 150 dapat menyebabkan masalah kesehatan akut seperti iritasi mata, inflamasi, dan gangguan pada saluran napas.
Risiko jangka panjang termasuk gangguan kardiovaskular. Orang dengan asma atau penyakit paru-paru kronik berisiko lebih tinggi.
Baca Juga: Prakiraan Cuaca DKI Jakarta Hari Ini Senin 21 Agustus 2023: Cerah hingga Berawan
"Nah yang bahaya itu bagi saluran nafas, karena udara itu kan dihirup," ujarnya.
Masker diperlukan karena dapat menyaring udara yang kotor.
Namun, penggunaan masker harus tepat, terutama di luar rumah atau di lingkungan berpolusi.
Penggantian masker disarankan, masker N95 dan KN95 bisa digunakan selama 2-3 hari, sementara masker bedah sebaiknya diganti setiap hari.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.