"Berbeda dengan di Malaysia harga elpiji isi ulang 12 Kg sebesar 25,8 ringgit atau setara dengan Rp90.300 di Kota Kuala Lumpur, Perak, Pulau Pinang, Terengganu, Pahang, dan lain lain."
"Bahkan harga di Malaysia bagian Pulau Kalimantan di Kota Kinabalu dan Serawak sampai ke pelosok-pelosok harganya berbeda tidak lebih dari 1 ringgit. Sehingga hampir dikatakan harga adalah sama di seluruh wilayah Malaysia sampai ke pedalaman," kata BHS.
Bambang menambahkan, padahal Malaysia juga mengimpor gas elpiji dari negara yang sama dengan Indonesia yaitu dari Amerika Serikat, Arab Saudi, Qatar, Anggola, Kuwait dan Singapura.
"Di Malaysia tabung elpiji 16 Kg hanya digunakan oleh UMKM atau usaha mikro makanan di kedai-kedai kecil di pasar tradisional termasuk pedagang kaki lima yang ada di Malaysia."
"Sedangkan untuk semua pemukiman rakyat di Malaysia sampai ke pelosok sudah teraliri dengan jaringan gas 100 persen dengan harga yang jauh lebih murah dari penggunaan elpiji dan bahkan mendekati gratis hanya membayar service charge saja dengan penggunaan gas yang tidak dibatasi," imbuhnya.
Sementara di Indonesia, hampir 100 persen pemukiman masih belum difasilitasi jaringan gas, sehingga mereka harus menggunakan tabung elpiji untuk kebutuhan rumah tangganya.
Menurutnya, jaringan gas yang sudah dibangun oleh pemerintahan Hindia Belanda hanya masuk ke sebagian besar perumahan perumahan di kota kota besar seperti di Jakarta, Surabaya, Semarang, Medan.
Namun, kini sudah tidak difungsikan dan bahkan jaringan gas saat ini di Indonesia baru menjangkau tidak lebih dari 1 persen jumlah rumah penduduk di Indonesia.
Baca Juga: Tak Cuma Gas Elpiji 3 KG, Polisi juga Amankan Ratusan Jeriken Berisi Pertalite dan Solar!
"Ini yang sangat Ironis manajemen pertamina dan PGN di bawah Kementerian BUMN dan ESDM termasuk bisa dikatakan gagal dalam menyediakan jaringan gas ke perumahan-perumahan dan industri di Indonesia yang tentu berdampak sangat besar terhadap ekonomi di Indonesia."
"Dan lebih menyedihkan lagi keberadaan tabung elpiji 3 Kg yang harganya sudah seperti tidak subsidi lagi itupun sulit didapat di daerah daerah sehingga tentu akan berdampak terhadap ekonomi yang sangat besar dan sangat merugikan masyarakat," tandas dia.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.