Sementara, aktivis lain yang hingga saat ini tidak diketahui keberadaannya, Prabowo mengaku tidak tahu nasib mereka.
"(Prabowo bilang) 'Yang saya ambil sudah kembali semua. Saya kembalikan semua. Saya tidak tahu kenapa sebagian tidak pernah kembali ke rumah. Tapi yang saya ambil saya sudah lepaskan semua'. Itu pengakuannya," tutur dia.
Budiman mengungkapkan pertemuan dirinya dengan Prabowo pada 2002 merupakan yang pertama kali setelah peristiwa penculikan.
Adapun saat peristiwa penculikan terjadi yaitu tahun 1997-1998, Prabowo diketahui menjabat sebagai Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus.
Baca Juga: Prabowo Subianto dan Anies Baswedan Hadiri Rakernas Apdesi di Jambi
Pada saat itu, Kopassus diketahui membentuk tim kecil bernama Tim Mawar, yang bertugas melakukan operasi penculikan kepada para aktivis.
Sebagai informasi, semasa era Orde Baru, Presiden ke-2 Soeharto melakukan segala cara untuk mempertahankan kuasanya.
Ia meredam segala kritik yang ditujukan, bahkan dengan lewat cara kekerasan. Sejumlah aktivis diculik. Beberapa dilepaskan, namun sebagian tak pernah kembali hingga kini.
Dalam kasus penculikan aktivis 1997/1998, Tim Mawar yang dibentuk Kopassus karena peristiwa 27 Juli 1996. Kala itu, para preman didukung tentara merampas kantor dan menyerang simpatisan yang mendukung Megawati di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat.
Tim Mawar bertugas untuk mendeteksi kelompok radikal, pelaku aksi kerusuhan, dan teror. Pada 18 Januari 1998, terjadi ledakan di Rusun Tanah Tinggi, Jakarta Pusat. Kejadian ini membuat Tim Mawar semakin berpengaruh dalam urusan keamanan.
Baca Juga: Menhan Prabowo Ingatkan Kepala Desa: Indonesia Bisa Jadi Negara Makmur, Kuncinya Kerja Sama
Tim Mawar menyusun rencana untuk menangkap sejumlah aktivis yang dicurigai terlibat dalam insiden ledakan bom tersebut.
Sumber : Kompas.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.