Selain itu, BMKG akan lebih giat dalam melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan untuk mengantisipasi potensi karhutla, khususnya di wilayah yang rawan terjadi kebakaran.
"Situasi saat ini perlu diantisipasi agar tidak berdampak pada gagal panen yang dapat berujung pada krisis pangan," tambah Dwikorita.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Perubahan Iklim BMKG Fachri Rajab mengatakan bahwa hasil pemantauan BMKG terhadap 699 Zona Musim (ZOM) hingga akhir Mei 2023 menunjukkan bahwa sebanyak 28 persen (194 ZOM) di wilayah Indonesia sudah masuk periode musim kemarau.
Sementara itu, 56 persen wilayah lainnya (392 ZOM) masih mengalami musim hujan.
Baca Juga: Kekeringan, Petani Bawang Merah di Brebes Pakai Air Selokan untuk Irigasi Lahan Pertaniannya
Adapun sejumlah wilayah yang sudah mengalami musim kemarau meliputi wilayah Aceh bagian timur, Sumatra Utara bagian timur, Riau bagian timur, Bengkulu bagian barat, Lampung bagian selatan, Banten bagian utara, dan lainnya.
"Puncak musim kemarau diprakirakan akan terjadi pada Juli, Agustus, dan September 2023, yaitu sebanyak 582 ZOM (83 persen)," kata Fachri.
Fachri juga mengatakan bahwa curah hujan bulanan periode Juni-Oktober 2023 diprediksi akan berada di bawah kondisi normal, dan beberapa wilayah bahkan akan mengalami hujan sangat rendah, yaitu kurang dari 20 mm per bulan.
Wilayah-wilayah ini termasuk Sumatra bagian selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.