JAKARTA, KOMPAS.TV - Direktur Eksekutif Parameter Politik Adi Prayitno menyebut, cawe-cawe Presiden Joko Widodo (Jokowi) cukup bersayap dalam konteks pemilihan umum presiden (Pilpres) 2024.
"Satu sisi yang pertama itu Jokowi memastikan bahwa pemilu itu akan berlangsung adil, jujur, transparan, sehingga tidak ada polarisasi yang cukup," kata Adi, Selasa (30/5/2023).
"Pada saat yang bersamaan, kedua ini ramai membicarakan publik bahwa Jokowi ingin memastikan bahwa siapapun nantinya menjadi presiden adalah mereka yang mampu melanjutkan semua hal yang dilakukan oleh Jokowi," imbuhnya.
Ia mengatakan, Jokowi secara eksplisit bahwa pada pilpres 2024 mendatang, para capres yang bertanding itu "jogetnya boleh berbeda tapi gerakannya harus sama-sama ke depan".
"Bagi Jokowi itu jelas bahwa siapa pun nanti yang jadi presiden adalah mereka yang harus setarikan napas dengan Jokowi, melanjutkan semua legacy (warisan) Jokowi," ujarnya.
Adi menyebut, Jokowi memiliki kepentingan politik untuk memastikan bahwa calon penggantinya adalah orang-orang yang ada di lingkaran pemerintahannya, termasuk Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.
"Karenanya ketika Jokowi bilang bahwa sekalipun jogetnya itu beda di Pilpres 2024 tapi harus maju ke depan," jelasnya.
Baca Juga: Jokowi: Pilpres 2024 Krusial, Saya Cawe-cawe Tidak akan Netral
Oleh karenanya, menurut Adi, bakal capres Anies Baswedan dinilai tidak akan melanjutkan kerja-kerja pemerintahan Jokowi.
"Kalau itu (Anies) kemudian menang tentu jogetnya tidak ke depan tapi ke belakang, karena Anies ini antitesa orang yang selama ini berseberangan sejarahnya dengan Jokowi," terangnya.
Ia pun menyimpulkan bahwa cawe-cawe Jokowi itu bermakna dua hal.
Pertama, memastikan pemilu damai. Kedua, memastikan penggantinya akan sepemikiran dengannya.
"Soal cawe-cawe, satu sisi ingin memastikan pemilu berjalan dengan damai, tapi pada saat yang sama Jokowi juga ingin memastikan yang menjadi presiden adalah (mereka) yang setarikan napas politik, yang seirama, yang memiliki joget politik yang sama dengan Jokowi," ungkapnya.
Sebelumnya, Presiden Jokowi mengakui bahwa dirinya cawe-cawe atau mencampuri urusan kontestasi politik menjelang Pilpres 2024.
Baca Juga: Jokowi Akui Cawe-Cawe di Pilpres 2024: Ini demi Kepentingan Nasional
Pernyataan Jokowi tersebut disampaikan ketika bertemu dengan sejumlah pemimpin redaksi media massa di Istana, Jakarta, Senin (29/5/2023) sore.
Ia menilai, bangsa ini membutuhkan pemimpin yang bisa menjadikan Indonesia sebagai negara maju pada 2030.
Oleh karena itu, Presiden Ketujuh RI itu menilai, kebijakan dan strategi kepemimpinan berikutnya akan menjadi penentu Indonesia untuk menjadi negara maju atau tidak.
"Karena itu saya cawe-cawe. Saya tidak akan netral karena ini kepentingan nasional," katanya di hadapan para pemimpin redaksi media massa nasional, Senin (29/5).
"Kesempatan kita hanya ada 13 tahun ke depan. Begitu kita keliru memilih pemimpin yang tepat untuk 13 tahun ke depan, hilanglah kesempatan untuk menjadi negara maju," imbuhnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.