JAKARTA, KOMPAS TV - Hasil survei Litbang Kompas pada Mei 2023 mengungkapkan ada kaitan antara strategi partai politik dengan keberadaan Presiden Jokowi.
Faktor Jokowi yang dimaksud sebenarnya merujuk pada suatu entitas kekuatan modal politik yang termanifestasikan dalam figur Presiden Joko Widodo.
Sedemikian dominan manifestasi faktor ini, baik melalui gambaran sosok, karakter, maupun kinerja kepemimpinannya, sehingga entitas politik dalam format tokoh ini dapat menjadi kekuatan modal dan sekaligus menjadi variabel pendeterminasi preferensi pilihan para pemilih.
Para pemilih partai politik, faktor Jokowi sangat penting. Faktor Jokowi sangat tinggi berpengaruh pada PDIP, hingga 41,1 persen. Artinya, pemilih PDIP akan mengikuti pilihan capres yang menjadi rujukan Jokowi.
Menjadi suatu keuntungan yang saling menguatkan keduanya jika PDIP dan Jokowi mampu menjaga hubungan politik yang mutualis, seperti yang selama ini telah ditunjukkan.
Meningkatnya performa pemerintahan Jokowi, misalnya, potensial berelasi pada peningkatan elektabilitas PDIP.
Kondisi sebaliknya, penurunan performa pemerintahan turut pula menurunkan elektabilitas PDIP.
Sementara itu, hal sebaliknya terjadi pada Nasdem. Bagi pemilih Nasdem, keberadaan Jokowi justeru kecil pengaruhnya, hanya 8,5 persen. Ini mengindikasikan jika kekuatan pengaruh Jokowi di Nasdem makin surut.
Apalagi ada kejadian mantan Menteri Komunikasi dan Informatika Jhonny G Plate yang dijadikan tersangka. "Dengan posisi politik seperti ini, Nasdem tampaknya telah bersiap mengambil risiko politik yang akan dipertaruhkan pada Pemilu 2024," jelas Tim Litbang Kompas.
Baca Juga: Survei Litbang Kompas: PKS Belum Dapatkan Efek Ekor Jas dari Mengusung Anies di Pilpres 2024
Pada Nasdem yang telah menetapkan Anies Baswedan sebagai bakal capres 2024 bersama Koalisi Perubahan untuk Persatuan yang terbentuk mulai mengubah konfigurasi politik pemilih Nasdem. Sebaliknya, pada PDI-P relatif tidak berubah.
Hasil survei kali ini menunjukkan, jika para pemilih Nasdem mulai beranjak, sebagian bukan lagi mereka yang menjadi pemilih pasangan Jokowi-Amin dalam pemilu mendatang.
Tinggal 41,4 persen saja yang menjadi pemilih Jokowi-Amin. Padahal, pada survei April 2021, masih 61 persen pemilih Nasdem merupakan pemilih Jokowi-Amin dalam Pemilu 2019.
Sebaliknya, pada PDI P, 88,9 persen pemilih partai ini juga memilih Jokowi-Amin dalam Pemilu 2019.
Nasdem kali ini mulai diisi oleh para pemilih yang sebelumnya bukan pemilih partai ini. Sementara pada PDI-P tetap terbilang solid, 65,2 persen pemilihnya merupakan pemilih PDI P dalam Pemilu 2019.
Namun, pada sisi lain, terdapat beberapa partai dalam koalisi pemerintahan yang kali ini agak tertekan elektabilitasnya. Golkar dan PKB agak menurun ketimbang periode survei Januari 2023.
Survei periodik melalui wawancara tatap muka ini diselenggarakan pada 29 April-10 Mei 2023. Sebanyak 1.200 responden dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis bertingkat di 38 provinsi di Indonesia.
Baca Juga: Survei Litbang Kompas Terbaru: Golkar Paling Disukai, tapi Elektabilitasnya Disalip Demokrat
Menggunakan metode ini, pada tingkat kepercayaan 95 persen, margin of error penelitian lebih kurang 2,83 persen dalam konsisi penarikan sampel acak sederhana. Meskipun demikian, kesalahan di luar pemilihan sampel dimungkinkan terjadi. Survei dibiayai sepenuhnya oleh Harian Kompas.
Sumber : Kompas.id
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.