JAKARTA, KOMPAS.TV - Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah menyiapkan surat untuk diberikan kepada Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno terkait penolakan konser Coldplay di Jakarta.
Wakil Ketua MUI Anwar Abbas mengatakan, Coldplay merupakan grup musik yang sangat kental dengan warna LGBT.
Maka dari itu, menurutnya, mendukung digelarnya konser Coldplay di Jakarta sama saja bangsa dan pemerintah Indonesia menerima kehadiran orang yang memperjuangkan LGBT.
"Karena begini ya, Coldplay ini adalah sebuah grup musik yang sangat kental warna LGBT-nya. Sementara LGBT itu menurut saya adalah sebuah sikap dan tindakan yang tidak sesuai dengan ajaran agama sementara falsafah kita, sila pertama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa," kata Anwar Abbas kepada Kompas TV, Kamis (18/5/2023).
"Contoh, negara ini harus menghormati nilai-nilai ajaran agama. Sepanjang pengetahuan saya nih, seseorang muslim ya, dari 6 agama yang dianut tidak ada satu pun yang menoleransi LGBT," lanjutnya.
"Dan dengan menghadirkan Coldplay berarti bangsa dan pemerintah menerima kehadiran orang yang memperjuangkan LGBT," ujarnya.
Menurut Anwar Abbas, LGBT adalah sebuah konsep yang sangat antimanusia dan antikemanusiaan.
"Saya buktikan ya. Penduduk bumi ini sekarang 8 miliar laki-laki dan perempuan. Jika yang separuh laki-laki 4 miliar, laki-laki itu kawin sama laki-laki dan 4 miliar perempuan menikah dengan perempuan apa yang akan terjadi?"
"150 tahun yang akan datang enggak ada satu orang pun manusia, generasi manusia baru. Di sini yang namanya LGBT, di sini itu bukan hak asasi manusia itu adalah penyimpangan seksual. Itu adalah berhubungan dengan masalah kejiwaaan," jelasnya.
Oleh karena itu, lanjut Anwar Abbas, ia meminta pemerintah jika ingin menggelar konser musik harus mendatangkan manfaat bagi masyarakat dan tidak hanya memikirkan sisi ekonomi saja.
Baca Juga: Coldplay Ditolak Konser di Indonesia, Sandiaga Uno: Silakan dalam Koridor Hukum
Dia menilai, konser Coldplay yang rencananya digelar di Jakarta pada November 2023 mendatang lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya.
Terkait surat terbuka yang ditujukan kepada Sandiaga Uno, Anwar Abbas menuliskan sebuah surat yang berjudul "Sandiaga Uno dan Soros-isme yang Tidak Manusiawi dan Tidak Berketuhanan". Namun surat itu belum sempat dikirimkannya.
Dalam tulisannya itu, Anwar Abbas menyebut bahwa seorang George Soros pernah berkata bahwa "Saya ada di Thailand di Malaysia dan di Indonesia adalah untuk mencari uang..... Dan saya tidak peduli dengan dampak sosial yang akan terjadi akibat tindakan saya".
Dia mengatakan bahwa digelarnya konser Coldplay di Indonesia hanya menguntungkan segilintir orang tapi dampak sosialnya terhadap masyarakat tidak dipikirkan.
"Pertanyaan saya, kalau didatangkan Coldplay ke Indonesia itu kan hanya check money. Siapa yang mendapatkan untung? Penyelenggarakan itu," tutur dia.
"Dan kata Sandiaga Uno, akan banyak orang yang datang ke sini begitu ya. Tapi pertanyaan saya, dampak sosialnya bagaimana? Dampak budayanya bagaimana? Dampak keagamaannya bagaimana? Dipikirkan tidak? Tidak dipikirkan," sebutnya.
Anwar Abbas pun berharap, suaranya terkait penolakan konser Coldplay ini bisa didengar oleh pemerintah.
"Saya rasa saya sudah bersuara, tidak banyak media yang membuat pernyataan saya. Untuk ketemu sama menteri saja susah loh apalagi dengan presiden, susah ya. Jadi saya kirim saja ini kepada Anda ya," tutupnya.
Band asal Inggris, Coldplay, dijadwalkan akan menggelar tur dengan Indonesia menjadi salah satu destinasi.
Konser Coldplay rencananya dilangsungkan di Jakarta pada 15 November mendatang dan penjualan tiket telah dimulai pekan ini.
Baca Juga: Karyawati Jual Emas Demi Nonton Konser Coldplay
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.