Tak hanya itu, Thudong juga tidak dibatasi usia. Biksu muda atau dewasa dapat melakukannya, selama memiliki fisik dan rohani yang kuat.
Baca Juga: Sebelum ke Candi Borobudur, 32 Biksu yang Jalan Kaki dari Thailand Akan Singgah di Semarang
Selama menjalani Thudong, biksu tidak membawa uang. Untuk memenuhi kebutuhan energi, biksu akan menerima makanan atau pindapata dari umat Buddha.
“Bhante mendapatkan dukungan dari umat, menerima dana makan dari umat melalui mangkuk,” jelas Supriyadi.
Jadwal makan para biksu yang menjalani Thudong juga memiliki aturan yang ketat.
Mereka hanya diperbolehkan makan 1-2 kali sehari, yakni pukul 07.00 pagi dan 12.00 siang. Setelah jam 12.00 siang, mereka hanya diizinkan minum saja.
“Kalau disertai dan diawali dengan tekad kuat, menjadi motivasi untuk pengembangan kepribadiannya. Kalau kesal dan lapar, tidak mengeluh,” papar dia.
Baca Juga: Perayaan Hari Raya Waisak: 32 Biksu dari Thailand dan Negara Asia Jalan Kaki ke Candi Borobudur
Supriyadi bilang, biksu akan bermeditasi selama menjalani Thudong, termasuk saat istirahat.
Mereka tidur dengan alas yang tidak lebih dari 50 sentimeter. Beberapa biksu bahkan tidur sambil duduk.
Adapun, lokasi peristirahatan biksu bukan di penginapan, melainkan di tempat-tempat ibadah lintas agama, seperti wihara, kelenteng, hingga pesantren.
Di Indonesia, bahkan para biksu akan singgah di pondok pesantren Habib Luthfi di Pekalongan, Jawa Tengah.
Sumber : Kompas.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.