"Dalam penyelenggaraan keamanan siber dan perlindungan data nasabah, BSI selalu mematuhi regulasi yang berlaku sesuai dengan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2022 tentang Perlindungan Data Pribadi," tegasnya.
Ia menjelaskan sebanyak 96 persen sampai 97 persen transaksi keuangan di BSI sudah dilakukan melalui saluran Information Technology (IT), baik anjungan tunai mandiri (ATM), internet banking, dan mobile banking.
Dengan begitu, perseroan harus mencurahkan tenaga dan alokasi anggaran yang cukup untuk pengembangan teknologi, baik perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), aplikasi, dan media digital.
Pada tahun 2022, belanja modal (capital expenditure/capex) untuk IT BSI mencapai Rp280 miliar, sedangkan pada tahun 2023 meningkat menjadi Rp580 miliar.
"Tahun ini lompatan belanjanya sangat besar sebagai upaya kami untuk terus menjaga, mengembangkan, mendorong agar teknologi kami semakin solid, maju, dan modern," imbuhnya.
Baca Juga: Layanan BSI Eror, Rektor ITB Ahmad Dahlan Buat Surat Terbuka untuk BSI dan Erick Thohir
Sementara itu, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengaku telah mendengar adanya dugaan serangan siber di sistem BSI.
"Ada serangan, saya bukan ahlinya, tapi disebutin three point apalah itu, sehingga mereka (BSI) down hampir satu hari kalau tidak salah," ujar Erick Thohir, Rabu (10/5) dilansir dari Kompas.com.
Meski tak menjelaskan serangan apa yang terjadi di sistem BSI, Erick menekankan adanya gangguan sistem BSI akibat serangan siber.
"Laporannya seperti itu. Kemarin saya sudah cek dengan tim kami, memang ada serangan seperti itu," terangnya.
Ia pun menegaskan, pihaknya memantau permasalahan sistem BSI ini. Selain itu, ia menilai tim BSI telah mengatasi permasalahan ini.
"Saya pantau ini, Pak Dirut dan timnya juga ada di sana, dan terbukti kemarin pagi sistem ATM-nya mulai jalan," ujarnya.
Sumber : Kompas TV/Antara/Kompas.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.