JAKARTA, KOMPAS.TV - Presiden Joko Widodo atau Jokowi dinilai punya peran kuat untuk menyatukan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dan koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR).
Analis Politik dari CSIS Arya Fernandez menilai penggabungan KIB dan KIR bisa menjadi titik temu untuk mengatasi problem yang ada di kedua koalisi.
Menurutnya ada tiga problem yang sama di KIB dan KIR. Pertama, dalam satu tahun terakhir kedua koalisi ini belum mengalami kemajuan terutama dalam penetapan capres-cawapres.
Kedua belum ada mekanisme yang disepakati terkait cara menentukan capres. Terakhir siapa capres dan cawapres yang diusung di Pilpres 2024.
Baca Juga: Gerindra Bertemu PBB Bahas Koalisi Besar, Prabowo: Kebangetan Kalau PBB Tidak Dukung Saya!
Di sinilah peran Presiden Jokowi sebagai jangkar untuk mengatasi problem yang belum terpecahkan di kedua koalisi tersebut.
"Pak Jokowi ini menjadi salah satu jangkar dari koalisi besar ini, dan memang punya kontribusi dalam menyatukan kepentingan parpol yang berbeda," ujar Arya di program Kompas Petang KOMPAS TV, Kamis (6/4/2023).
Di sisi lain, Arya menambahkan Jokowi sebagai perekat kedua koalisi juga perlu mengantisipasi kerentanan yang dihadapi di koalisi besar.
Semisal manufer politik eksternal yang dilakukan PDI Perjuangan atau partai lain berkomunikasi dengan satu atau dua partai di koalisi besar tersebut.
Baca Juga: Benarkah Kursi Capres adalah Satu-Satunya Syarat Agar PDIP Gabung Dalam Koalisi Besar?
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.