Alasan selanjutnya, lanjut Arya, keduanya bisa maju tanpa PDI Perjuangan.
Dalam politik, kata dia, hal mungkin terwujud, meskipun nantinya bakal rumit.
"Kedua, bisa jadi koalisi nanti bisa tidak dengan PDI Perjuangan. Bisa jadi Gerindra dengan koalisi lain, untuk tetap calon diusung Gerindra (pasangan Prabowo-Ganjar) tapi itu rumit," tambahnya.
Baca Juga: PDIP Sindir Gerindra Cawapres Prabowo Harus Lebih Muda: Hashim Lupa, Jokowi Wakilnya Pak Maruf
Ia lantas memberi contoh, jika nanti Gerindra koalisi dengan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB), maka bisa mengusung Ganjar Pranowo.
Lantas ketiga, menurutnya, ketika dipasangkan, maka kekuatannya akan besar dan potensi menang satu putaran saja di pemilu nanti membesar.
"Ketiga, dua capres ini, Ganjar dan Prabowo punya internal barrier yang sama dalam 6 bulan terakhir. Tidak terjadi semacam pertumbuhan suara siginikan," jelasnya.
"Kalau pemilu diikuti 3 pasang, misalnya, satu ada Anies Baswedan dan pasangannya, maka bisa jadi pemilu dua putaran," jelasnya.
Akibatnya, kata Arya, para elite coba jodoh-jodohkan Ganjar Pranowo dan Prabowo karena dinilai berpotensi menang satu putaran saja ketika berhadapan dengan Anies Baswedan.
"Karena jalan buntu duetkan pasangan ini, potensi menangnya besar dan pemilu jadi satu putaran," katanya.
Jadi, kata dia, ada motif elektoral di tengah tidak terjadinya pertumbuhan elektoral baik Prabowo maupun Ganjar Pranowo.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.