Ditambah, sistem pemilu yang diterapkan di Pemilu 2024 itu timbulkan bajak membajak kader.
“Secara empiris, proporsional terbuka mendorong bajak-membajak kader ala transfer pemain dalam sepakbola, kecenderungan kaum kaya dan artis masuk ke politik, primordialisme dan ada partai karena ambisinya," jelasnya.
"Lalu, ambil jalan pintas merekrut isteri, anak, atau adik pejabat dan menguatlah nepotisme," ujar Hasto.
"(Parpol dan lembaga legislatif) selalu berada di urutan paling bawah dari lembaga negara lainnya. Mengapa? Sebab, pragmatisme politik merajalela," kata Hasto.
Baca Juga: Yusril: Ada Kemungkinan Pengadilan Tinggi Tak Kabulkan Putusan PN Jakpus soal Tunda Pemilu 2024
Sebelumnya diberitakan KOMPAS.TV, Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra menyebut, di Indonesia hanya ada dua partai yang punya garis ideogis jelas. Yakni partainya PBB dan PDI Perjuangan.
Partai politik lain di Indonesia, katanya, tidak lagi disebutnya tidak lagi ideologis dan dikalahkan pragmatisme.
Yusril juga menyebut, PDI-P sebagai partai besar juga sudah banyak mendidik kader, tapi para kader ini dikalahkan oleh mereka yang populer, dikalahkan orang berduit.
Maka dari itu, kata dia, sistem pemilu proporsional tertutup ia dukung.
Hal itu ia ungkapkan setelah memberi keterangan sebagai pihak terkait dalam sidang lanjutan uji materi sistem pemilu proporsional terbuka yang berlangsung di Mahkamah Konstitusi (MK), Rabu (8/3) kemarin.
"Partai ideologis ini kan cuma tinggal dua, PDI-P sama PBB. Yang lain-lain kan partai pragmatis semua, bukan partai ideologis. Tidak ada akar ideologisnya," ujar Yusril kepada wartawan, Rabu (8/3).
"PDI-P sudah mendidik kader-kader, tapi kader-kader ini dikalahkan oleh orang-orang yang kemudian populer, orang yang punya duit," ujar Yusril.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.