Dikutip dari situs kemendikbud, sejak Jepang ke Indonesia pada Maret 1942, mereka mulai melakukan propaganda dengan memanfaatkan data-data intelijen untuk merancang propaganda yang dapat menarik simpati rakyat Indonesia.
"Kultur lokal yang mengaitkan seluruh peristiwa sebagai akibat hal-hal yang berbau metafisis dipahami benar oleh Jepang, misalnya mengenai ramalan Joyoboyo tentang datangnya bangsa berkulit kuning yang akan mengusir bangsa kulit putih," tulis situs tersebut.
Propaganda Jepang menarik perhatian masyarakat Indonesia, sehingga kedatangannya disambut gembira oleh rakyat. Nah, sebagian pemuda Indonesia justru melihat gelagat jahat Jepang.
Dari sinilah gerakan bawah tanah menjadi gerakan rahasia untuk menggalang solidaritas untuk menolak propaganda Jepang, sekaligus cara agar tak ditangkap.
Para tokoh gerakan bawah tanah ini, juga mendengarkan Radio Sekutu secara diam-diam dan menyebarluaskan informasi di antara mereka, serta melakukan diskusi.
Kelompok Sjahrir ini menyebar sampai di luar Jakarta, seperti di Cirebon, Garut, dan Semarang. Tokoh lain dalam jaringan bawah tanah ini adalah dr. Sudarsono dari Cirebon.
Sementara Amir Sjarifuddin sebagai bekas tokoh organisasi Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo), bergerak lebih radikal lagi, dengan membangun jaringan kelompok di kalangan pemuda.
Tempat strategis untuk gerakan ini adalah asrama-asrama, di antaranya yang terpenting adalah Asrama Angkatan Baru Indonesia, Asrama Indonesia Merdeka, dan Asrama Fakultas Kedokteran, dimana dilakukan penempaan ideologi politik terhadap angkatan muda Indonesia.
Baca Juga: Ketua IPW: Gerakan Bawah Tanah untuk Meringankan Hukuman Ferdy Sambo Berhasil, tapi Belum 100 Persen
Kelompok gerakan bawah tanah ini berhasil dalam mempercepat lahirnya kemerdekaan Indonesia. Meski salah satu tokohnya, Amir Sjarifuddin, justeru dieksekui mati pada 1948, dengan tudingan terlibat PKI Madiun.
Namun saat ini, istilah gerakan bawah tanah punya makna "operasi senyap" mempengaruhi jalannya persidangan demi meringankan hukuman seorang terdakwa.
Misalnya terkini seperti apa yang diutarakan Menko Polhukam Mahfud MD terkait adanya 'gerakan bawah tanah' mempengaruhi vonis Ferdy Sambo.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.