"Kalau telur, ikan, kan gampang busuk. Ini cari mudahnya aja, jangan dilakukan lagi! Kalau anaknya, bayinya, harus diberikan telor, ya telor, ikan ya ikan," tegas Jokowi.
Baca Juga: Cegah Stunting, Jokowi Sentil Kemenkes Beri Biskuit untuk Anak: Jangan Dilakukan Lagi
Ia pun memerintahkan kementerian dan lembaga untuk bersinergi menurunkan angka stunting dari 21,6 persen pada tahun 2022 menjadi 14 persen saja di tahun 2024 mendatang.
"Target yang saya sampaikan 14 persen di 2024 harus kita capai. Semuanya bergerak, angka itu tidak sulit dicapai asal kita bekerja bersama-sama," ujarnya.
Selain itu, menurut dia, masalah stunting juga perlu diatasi dengan kerja sama dari berbagai kementerian dan lembaga.
"Karena masalah stunting kan bukan hanya urusan tambahan makanan, urusan gizi tetapi juga urusan lingkungan, masalah air bersih, masalah rumah sehat, masalah sanitasi jamban," ujar Jokowi.
"Itu kan masalah, ini penanganannya bukan masalah yang hanya di satu kementerian/lembaga, satu sektor tapi memang terintegrasi," lanjut dia.
Sebelumnya, Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menerangkan bahwa saat ini angka pernikahan di Indonesia sebesar dua juta per tahun. Dari dua juta pernikahan itu, satu juta pasangan di antaranya hamil.
Akan tetapi, dari satu juta kehamilan itu, sebanyak 400 ribu anak mengalami stunting.
Baca Juga: Jokowi Sebut Tak Ada Resesi Seks di Indonesia: Masih Tumbuh 2,1 Persen dan Ini Bagus
"Yang nikah hari ini dua juta setahun, satu juta hamil, yang stunting masih 400 ribu," ujar Hasto di acara Pembukaan Rakernas BKKBN, Rabu (25/1/2023).
Ia pun menyarankan agar calon pengantin perempuan yang memiliki anemia untuk menunda kehamilan hingga dirinya siap.
"Kalau ada anemia jangan hamil dulu, ada kurang gizi, kalau nanti lingkar lengan kurang dari 23,5 cm jangan hamil dulu," terang dia.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.