JAKARTA, KOMPAS.TV - Kasus pembunuhan berantai di Bekasi dan Cianjur memunculkan nama Wowon Cs sebagai tersangka. Serial killer Wowon Cs yang menyita perhatian publik ini pun direspons psikolog forensik Reza Indragiri.
Menurut Reza, sekalipun tersangka belum pernah keluar masuk lembaga pemasyarakatan (lapas), akan tetapi dalam penilaian pengulangan perbuatan jahat bisa disebut residivis. Ia menyebutkan dalam cap residivisi ada delapan faktor yang bisa ditelaah.
Baca Juga: Fakta Pembunuhan Berantai Bekasi-Cianjur, Korban Dikubur di Rumah Solihin dan Wowon!
Empat faktor dominan, meliputi, riwayat kejahatan yang berarti pelaku sudah pernah melakukan kejahatan dan tingkat kefasihan dalam melakukan aksinya meningkat. Faktor dominan kedua adalah semua tersangka memiliki pola kepribadian antisosial.
“Namun, saya tetap berasumsi mereka orang yang waras normal sehat dalam kasus ini karena sedang menjalani pemeriksaan secara hukum,” ujarnya dalam dialog Kompas Petang Kompas TV, Jumat (20/1/2023).
Faktor dominan ketiga adalah para tersangka mengembangkan pro kejahatan yang menjadikan kejahatan sebagai solusi dari masalah. Keempat, para tersangka dalam satu keluarga yang mendukung relasi menyimpang, misal salah satu tersangka yang menikahi anak mantan istrinya.
Reza juga berpendapat pola kepribadian antisosial kebanyakan memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Artinya, wajar jika tersangka selama ini tidak dicurigai oleh lingkungan sekitar karena mereka memiliki kecerdasan ditambah tingkat kefasihan meningkat akibat perbuatan yang berulang.
“Jadi bukan hal istimewa kalau para tersangka bisa mengelabuhi lingkungan sekitar,” ucapnya.
Baca Juga: Wowon Pembunuh Berantai di Bekasi hingga Cianjur Miliki 6 Istri, 3 di Antaranya Tewas Dibunuh
Terkait anggapan tidak masuk akal karena tersangka menghabisi anggota keluarganya sendiri, Reza juga sudah memiliki jawaban. Ia tidak menampik dari kacamata orang luar terkesan tidak masuk akal.
“Tetapi jika kita masuk ke diri pelaku, apakah mereka benar mengganggap korban anggota keluarga sendiri, mengingat para pelaku menganggap orang sekitar sebagai sasaran kejahatan,” tuturnya.
Diberitakan sebelumnya, kasus pembunuhan berantai yang diduga dilakukan oleh Wowon Erawan alias Aki, Solihin alias Duloh, dan Dede Solahuddin ini berawal dari kematian tiga dari lima anggota keluarga di Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat pada Kamis (12/1).
Korban meninggal di Bekasi merupakan keluarga dari Wowon. Mereka terdiri dari istri Wowon bernama Ai Maimunah serta dua anak tiri Wowon, yakni Ridwan Abdul Muiz dan Muhammad Riswandi.
Awalnya, ketiga korban diduga tewas karena keracunan. Namun, ketiganya ternyata dibunuh dengan cara diracun menggunakan pestisida.
Setelah diselidiki, polisi berhasil menangkap tiga tersangka tersebut.
Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran mengungkapkan penyebab satu keluarga itu dibunuh karena mengetahui tindak kejahatan lain yang dilakukan oleh para pelaku.
Adapun tindak kejahatan yang dimaksud itu ialah pembunuhan berantai. Diduga, ketiga pelaku itu membunuh enam orang di wilayah Cianjur dan Garut, Jawa Barat.
Modusnya, kata Fadil, pelaku mengaku kepada para korbannya yang dibunuh itu dapat memberikan kekayaan karena memiliki kemampuan spiritual.
"Ternyata korban meninggal dunia di Bekasi dibunuh karena para tersangka ini diketahui melakukan tindak pidana lain. Apa itu? Mereka melakukan serangkaian pembunuhan atau bisa disebut serial killer," ungkap Fadil.
Atas dasar itu, kata Fadil, pelaku beranggapan bahwa keluarganya itu berbahaya karena bukan tak mungkin dapat membocorkan kejahatan yang telah mereka lakukan.
Kata polisi berdasarkan pengakuan tersangka, di Cianjur terdapat lima korban pembunuhan mereka. Para korban pembunuhan itu yakni Wiwin yang merupakan istri Wowon, Bayu anaknya, Noneng mertua Wowon, dan Halimah istri lain Wowon yang dibunuh Solihin alias Duloh.
Sementara, satu korban lagi belum ditemukan jasadnya.
Di Garut ditemukan satu korban yang sempat dibuang ke laut oleh komplotan Wowon. Namun, warga menemukan jasad korban dan kemudian menguburkannya secara layak.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.