JAKARTA, KOMPAS.TV - Saat menyelidiki kasus satu keluarga yang ditemukan sekarat di Bekasi, Jawa Barat, Kamis (12/1/2023) pekan lalu, polisi justru menemukan fakta mengejutkan berupa kasus pembunuhan berantai atau serial killer yang dilakukan tiga tersangka.
Rupanya, tersangka yang terdiri dari Wowon Erawan alias Aki, Solihin alias Duloh, dan M Dede Solehudin mengaku meracun keluarga itu untuk menutupi tindakan kriminal mereka di Cianjur, Jawa Barat.
Polisi membongkar kejahatan pelaku yang sebelumnya telah melakukan serangkaian pembunuhan di Cianjur dengan motif menguasai harta korban.
"Mereka melakukan serangkaian pembunuhan atau biasa disebut serial killer dengan motif janji-janji yang dikemas supranatural untuk membuat orang menjadi sukses atau kaya," jelas Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Fadil Imran dalan konferensi pers, Kamis (19/1/2023).
Baca Juga: Lewat Kasus Keracunan di Bekasi Pembunuhan Berantai Pelaku Terkuak, 4 Kerangka Ditemukan di Cianjur
Peran tiga pelaku pembunuhan berantai
Direskrimum Polda Metro Jaya Kombes Pol Hengki Haryadi menjelaskan, tersangka Solihin menjadi pihak yang mencari korban untuk dijanjikan menjadi kaya dengan modus spiritual penggandaan uang yang dilakukan oleh Wowon.
Sedangkan Dede, yang merupakan adik Wowon, bertugas mengumpulkan uang dari para korban.
Belakangan, Dede turut meminum racun pestisida di Bekasi agar disangka sebagai korban. Ia selamat setelah dilarikan ke IGD Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bantargebang, Bekasi, Kamis 12 Januari 2023.
Korban meninggal di Bekasi
Korban meninggal di Bekasi merupakan keluarga dari Wowon. Mereka terdiri dari istri Wowon bernama Ai Maimunah serta dua anak tiri Wowon atau anak Maimunah dari suami sebelumnya, Ridwan Abdul Muiz dan Muhammad Riswandi.
Mereka ditemukan sekarat oleh tetangga di sebuah kontrakan di Kelurahan Ciketing Udik, Kecamatan Bantargebang, Bekasi, pada Kamis 12 Januari 2023.
Selain korban meninggal, ada dua korban selamat, yakni anak Maimunah dengan Wowon yang masih berusia lima tahun berinisial NR serta Dede (adik Wowon yang ternyata komplotan pelaku pembunuhan).
Kondisi keduanya semakin membaik setelah menjalani perawatan di RSUD Bantargebang, Bekasi.
Baca Juga: Enam dari 9 Korban Pembunuhan Berantai di Cianjur dan Bekasi adalah Keluarga Pelaku Wowon
Korban di Cianjur dan Garut
Kombes Hengki juga menerangkan, hasil pemeriksaan sementara ada enam korban pembunuhan Wowon dan Solihin di Cianjur dan Garut. Sebagian besar korban pembunuhan itu adalah keluarga Wowon.
Di Cianjur, polisi menemukan empat jasad korban yang telah dikubur di dalam tiga lubang di sekitar rumah pelaku. Akan tetapi, pelaku mengaku ada lima mayat yang dikuburkan di area sekitar rumahnya.
Satu jenazah itu masih dicari keberadaannya oleh polisi di sekitar rumah pelaku di Cianjur.
"Di TKP Cianjur ada empat kerangka. Kemudian, ada pengakuan tersangka, satu kerangka lain dalam pencarian," ungkap Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Fadil Imran, Kamis (19/1).
Selain itu, ada satu jenazah di Garut yang sempat dibuang pelaku ke laut namun ditemukan oleh masyarakat dan kemudian dikuburkan dengan wajar.
Penipuan dengan modus supranatural menggandakan harta
Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran mengatakan, tiga pelaku selalu menyasar para tenaga kerja wanita (TKW).
Mereka menipu korban agar memberikan hartanya dengan iming-iming memberi kesuksesan dan kekayaan dengan kemampuan supranatural.
"Korban ini ada yang kasih sampai dengan Rp250 juta, Rp180 juta," ujar Fadil dilansir dari Kompas.com.
Setelah tipu dayanya berhasil, tersangka membunuh korban yang menagih janji iming-iming mereka.
"Mereka dijanjikan saat kembali ke Indonesia akan memperoleh rumah bagus dan ada penggandaan uang," sambung Kombes Hengki.
Baca Juga: Kerangka Korban Pembunuhan Berantai Wowon Cs Ditemukan, Polisi: Ada yang Dikubur Dua Tahun Lalu
Takut ketahuan, keluarga di Bekasi ikut dihabisi
Aksi penipuan Wowon diketahui oleh Maimunah dan anak-anaknya, sehingga menyebabkan pelaku tega menghabisi nyawa mereka.
Menurut Irjen Fadil, pelaku menganggap bahwa keluarganya menjadi orang yang berbahaya karena mengetahui tindakan kriminal yang ia lakukan.
"Jadi keluarga dekatnya ini dianggap berbahaya karena mengetahui dia melakukan tindak pidana lain," ucap Fadil.
Sumber : Kompas TV/Kompas.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.